Modal Asing Masuk, Utang Luar Negeri RI Naik

Modal Asing Masuk, Utang Luar Negeri RI Naik

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Kamis, 27 Des 2018 19:22 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Bank Indonesia (BI) merilis data posisi investasi internasional (PII) Indonesia kuartal III 2018. Dari data BI tercatat neto kewajiban sebesar US$ 297 miliar atau 28,5% terhadap produk domestik bruto (PDB). Angka ini relatif sama dengan posisi neto kewajiban pada akhir kuartal sebelumnya.

PII Indonesia adalah neraca yang menunjukkan nilai dari aset atau tagihan dan kewajiban finansial Indonesia terhadap asing pada suatu waktu tertentu. Perkembangan tersebut sejalan dengan peningkatan posisi kewajiban finansial luar negeri (KFLN) yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan posisi aset finansial luar negeri (AFLN).

Yang termasuk KFLN adalah utang luar negeri, surat berharga, foreign direct investment (FDI). Kewajiban asing ini meningkat sejalan dengan mengalirnya modal asing ke dalam negeri. Pada akhir kuartal III 2018, posisi KFLN naik US$ 1,6 miliar atau 0,3% (qtq) menjadi US$ 633,6 miliar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Peningkatan posisi ini didorong oleh masuknya modal asing dalam bentuk investasi langsung dan investasi lain. Perkembangan ini merupakan cerminan optimisme terhadap kinerja ekonomi domestik," tulis keterangan BI, Kamis (27/12/2018).


Peningkatan posisi KFLN lebih lanjut tertahan oleh faktor penguatan dolar AS terhadap rupiah yang berdampak pada penurunan nilai instrumen investasi berdenominasi rupiah.

Posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN) Indonesia meningkat terutama didorong oleh transaksi perolehan AFLN dalam bentuk investasi lainnya. Posisi AFLN pada akhir triwulan III 2018 naik 0,5% (qtq) atau US$ 1,5 miliar menjadi US$ 336,6 miliar. Selain investasi lainnya, peningkatan posisi AFLN juga ditopang oleh transaksi perolehan aset investasi langsung dan investasi portofolio.

Bank Indonesia memandang perkembangan PII Indonesia pada triwulan III 2018 masih tetap sehat. Hal ini tercermin dari rasio neto kewajiban PII Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang relatif stabil di kisaran rerata negara peers sekitar 29%. Di samping itu, struktur neto kewajiban PII Indonesia juga didominasi instrumen berjangka panjang.

Meski demikian, BI akan tetap mewaspadai risiko neto kewajiban PII terhadap perekonomian. Ke depan, BI meyakini kinerja PII Indonesia akan semakin baik sejalan dengan terjaganya stabilitas perekonomian dan berlanjutnya pemulihan ekonomi Indonesia didukung oleh konsistensi dan sinergi bauran kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan reformasi struktural. (kil/zlf)

Hide Ads