"Ternyata KA Bandara ini jauh sekali dari harapan kami. Dari studi kami ternyata load factor atau okupansi KA Bandara hanya 26% dari ketersediaan ideal harusnya 60%," kata Peneliti Institut Studi Transportasi Deddy Herlambang di Hotel Sari Pacific, Jakarta, Rabu (9/1/2018).
Meski begitu, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumbadi yang hadir dalam diskusi tersebut tidak kecewa. Menurutnya PT Railink sebagai operator sudah bekerja dengan baik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi optimistis kereta Bandara Soetta makin digemari masyarakat, dan tingkat okupansi atau keterisiannya akan lebih tinggi. Saat ini, Budi menjelaskan, kereta Bandara Soetta memang belum sepenuhnya memenuhi keinginan masyarakat, namun dia yakin jika sudah terintegrasi dengan LRT Jabodebek dan MRT maka akan ikut meningkatkan pelayanan kereta Bandara Soetta.
Nantinya Dukuh Atas akan menjadi titik integrasi antara LRT, MRT, Trans Jakarta dan kereta Bandara Soetta. Masyarakat pun bisa memanfaatkan moda transportasi itu untuk mengakses KA Bandara.
"LRT, MRT, juga akan dioperasikan Februari. Jadi suplai juga. Artinya orang dari Lebak Bulus, gunakan di Dukuh Atas sampai Bandara. Masalah waktu saja. Saya meyakini bahwa Kereta Bandara itu akan di atas 60%," tegasnya.
Selain itu, menurut Budi yang menjadi masalah adanya proyek Double Double Track (DDT) yang belum selesai di Manggarai. Hal itu menghambat operasi dari KA Bandara yang menuju Bekasi.
"Kedua ada DDT. Sekarang kita terlambat itu karena ada crossing. Kalau luar kota terlambat yang dalam terganggu atau sebaliknya. Nah kita harapkan percepat menjadi 2020. Karena Manggarai selesai manfaatnya bukan hanya KRL saja tapi Kereta Bandara juga. KA bisa langsung ke Bekasi, nah Bekasi walaupun Rp 75 ribu pasti laku," tutur Menhub. (das/hns)