"Kalau ngomong Jakarta saat ini rata-rata penurunan muka tanah sekitar 7,5 cm per tahun, 3-18 cm karena tidak merata. Bayangin 18 cm, paling gawat Pluit. Rata-ratanya 7,5 per tahun cm," kata dia kepada detikFinance di kantornya, Jumat (11/1/2019).
Menurut Bambang, jika penurunan muka tanah terus berlanjut maka air laut akan semakin banyak masuk ke daratan alias rob.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan ini sudah terjadi sejak 1975, jangan dibilang penurunan baru terjadi sekarang. Dan tahun 2050, 35% wilayah Jakarta sudah berada di bawah permukaan laut, ketinggiannya. Tapi jangan kamu bayangin dulu langsung tenggelam, karena Belanda, itu sebagian besar wilayah di bawah permukaan laut, tapi dia bikin sistem tanggul, sehingga dia bisa menjaga supaya daerah itu tidak kemasukan air laut. Bahkan bandara Belanda di bawah permukaan laut," paparnya.
Mengenai rob, kata dia, saat ini telah meluas ke wilayah-wilayah yang berdekatan dengan Jakarta.
"Kalau bicara Jakarta sebagai kena rob, sudah meluas ke Tangerang, Banten, Bekasi. Bahkan penurunan muka tanah terjadi ke Jakarta Selatan. Kebetulan jauh dari laut, tapi penurunan terjadi, karena kalau dia gali sumur turun. Tapi yang bahaya utara ini karena langsung kena rob," ungkapnya. (zlf/zlf)