Sebab, defisit migas menjadi penyebab tekornya neraca perdagangan di sepanjang 2018. Selain itu, impor juga harus dikurangi.
"Hari ini banyak publikasi mengenai neraca perdagangan kita defisit, karena itu tidak ada cara lain, impor migas terlalu besar, ekspor kita tinggi tapi tidak selebar impor," ujar JK dalam acara kuliah umum wakil presiden di Mandarin Oriental, Jakarta, Kamis (17/1/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Artinya kita harus meningkatkan kapasitas kita dalam energi, dan mengurangi impornya. Ini memperbaiki neraca perdagangan agar tidak terjadi defisit," ujar dia.
Selain itu, kata JK, pemerintah dan dunia usaha juga harus meningkatkan nilai tambah dari setiap produk yang dihasilkan, serta adanya stabilitas politik.
Dapat diketahui, neraca perdagangan migas sepanjang tahun 2018 defisit US$ 12,4 miliar atau jauh lebih tinggi dibandingkan dengan neraca perdagangan Indonesia yang defisit US$ 8,57 miliar.
Tingginya defisit neraca perdagangan migas dikarenakan impor hasil minyak yang mencapai US$ 17,5 miliar dibandingkan dengan ekspornya yang hanya US$ 1,63 miliar atau ada defisit US$ 15,94 miliar.
Selanjutnya, impor minyak mentah yang mencapai US$ 9,16 miliar dibandingkan ekspornya yang hanya US$ 5,12 miliar sehingga ada selisih atau defisit US$ 4,04 miliar. Sedangkan untuk gas, masih surplus US$ 7,58 miliar karena ekspornya US$ 10,64 miliar dan impornya US$ 3,06 miliar.
Baca juga: Ini yang Bikin Sri Mulyani Khawatir di 2019 |