Sudah Impor Jagung Masih Langka, Buwas: Ada Penyalahgunaan

Sudah Impor Jagung Masih Langka, Buwas: Ada Penyalahgunaan

Puti Aini Yasmin - detikFinance
Senin, 21 Jan 2019 19:06 WIB
Foto: Dok. Kementan
Jakarta - Kalangan peternak mengeluh sulitnya memperoleh jagung untuk pakan ternak. Padahal, pemerintah sudah melakukan impor jagung akhir tahun lalu sebesar 100.000 ton ditambah 30.000 ton lagi awal tahun ini.

Kalangan pedagang menyebut, sulit diperolehnya jagung disebabkan Perum Bulog menjual jagung tak hanya ke peternak melainkan juga ke pihak lain.

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) membantah adanya penjualan jagung impor kepada orang lain selain peternak mandiri. Hal tersebut dilakukan sesuai dengan keputusan rapat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT




Buwas menjelaskan, impor di akhir 2018 sebanyak 100 ribu ton dilakukan berdasarkan perhitungan kebutuhan. Sehingga saat masuk Indonesia, jagung akan langsung dijual sesuai dengan catatan peternak yang membutuhkan.

"Kita nggak pernah menjual untuk keseluruhan (kepada selain peternak mandiri). Kita kan diputus di rakortas berdasarkan data kebutuhan 100 ribu ton, ya sudah kita impor dengan jumlah yang diizinkan," kata dia di DPR, Senayan, Jakarta, Senin (21/1/2019).

Lebih lanjut, ia menilai mungkin ada penyalahgunaan pembelian jagung impor. Sehingga menyebabkan pasokan di lapangan habis terjual.

"Sudah kita impor dan distribusi habis kalau ada yang jual berarti penyalahgunaan. Bisa jadi ada kelompok petani yang jual," jelasnya.




Ia pun mengatakan agar para peternak mampu bersama-sama mengawasi transaksi tersebut. Dengan begitu, tidak ada yang dirugikan.

"Ya bisa kita kan artinya diawasi, peternak juga awasi dong jagung impor di lapangan gimana. Kan juga ada satgas pangan," tutup dia.




Sebelumnya, Ketua Umum Pinsar, Singgih Januratmoko mengatakan bahwa ada yang membeli jagung impor selain peternak mandiri. Padahal, jagung impor dilakukan guna memenuhi kebutuhan peternak mandiri. (dna/dna)

Hide Ads