Tantangan tersebut merupakan lanjutan yang berasal dari tahun 2018. Mulai dari kenaikan suku bunga The Fed, perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China, serta fluktuasinya harga minyak dunia, hingga penurunan proyeksi perekonomian dunia.
"Kalau kita lihat perekonomian dunia, ini sedang dalam situasi yang sekarang dianggap menjurus kepada kondisi pelemahan," kata Sri Mulyani di acara Rakernas Kementerian Agama Tahun 2019 dengan tema "Akselerasi Manajemen Keuangan Kementerian Agama di Hotel Shangri-La, Jakarya, Rabu (23/1/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menceritakan, ketidakpastian global terjadi pada saat krisis dunia tahun 2008-2009 yang melanda banyak negara. Pada saat itu, negara yang terdampak banyak menerbitkan kebijakan-kebijakan yang membuat perekonomiannya kembali sehat.
"Dia akan men-deployment atau dia akan mengeluarkan policy-policy untuk bisa mempertahankan atau menetralisir dan menyembuhkan dari kondisi krisis tersebut," ujar dia.
Dengan tantangan-tangan global yang ada, kata Sri Mulyani, juga membuat negara-negara yang sehat atau tidak terkena krisis pada 2008-2009 pun ikut menerbitkan kebijakan agar tidak terkena imbas dari kebijakan negara lain.
"Kalau kita bilang perekonomian sehat tidak berarti kita akan bebas dari guncangan, guncangan bisa terjadi seperti kemarin tahun 2018 yaitu suku bunga naik yang membuat capital flow atau arus modal bergerak sangat cepat, dia meninggalkan daerah-daerah yang dianggap kurang menguntungkan," kata dia.
"Yang di sini di anggap lebih banyak resiko dan negara-negara berkembang seperti kita dianggap lebih tinggi risikonya dari capital outflow, mereka pergi untuk mencari tempat yang dianggap lebih aman dan lebih tinggi return nya," tambahnya.
Oleh karena itu, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menyebut bahwa pemerintah Indonesia terus menyesuaikan kondisi perekonomian global melalui berbagai kebijakan, mulai dari fiskal, moneter, dan juga sektor riil.
"Ekspor menjadi lebih sangat sulit karena destinasinya sedang lemah, inilah yang kita hadapi di tahun 2018 dan berlanjut di 2019, dengan pertumbuhan ekonomi yang melemah maka kita harus menyiapkan diri agar kita mampu menggunakan seluruh instrumen menjaga, dalam hal ini membentengi ekonomi kita atau bahkan memperkuat kalau suasana ekonomi dunia guncang," ungkap dia. (hek/dna)