Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menjelaskan memang target pertumbuhan yang tinggi biasanya masuk dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJMN) yang dibuat untuk lima tahun.
"Saya melihat kalau RPJMN itu dibuat untuk lima tahun ke depan. Tapi kan banyak sekali hal yang tidak terduga, misalnya kita kan tidak terpikir kalau The Fed akan naikkan bunga dan ada perang dagang antara AS dan China," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di kantor BPS, Jakarta Pusat, Rabu (6/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyampaikan target 7% memang agak terlalu berat di tengah kondisi perekonomian yang tidak pasti seperti saat ini.
"Angka 5,17% bagus lah, jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Walaupun memang kita juga bukan yang terbaik," ujar Suhariyanto.
Data BPS menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2018 tercatat 5,17% lebih tinggi dibandingkan periode 2017 sebesar 5,07%.
Ini didorong dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai lapangan usaha jasa lainnya sebesar 8,99%. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar 9,08%.