Produsen Jagung Usulkan Swasembada On Trend, Apa Itu?

Produsen Jagung Usulkan Swasembada On Trend, Apa Itu?

Danang Sugianto - detikFinance
Senin, 11 Feb 2019 17:50 WIB
Foto: Dok. Kementan
Jakarta - Pemerintah belum lama ini kembali membuka kerana impor jagung. Alasannya lantaran para peternak ayam mengeluhkan jagung nasional yang tidak mencukupi permintaan dalam negeri.

Menanggapi hal itu, PT BISI Internasional Tbk (BISI) selaku salah produsen jagung nasional terbesar menilai impor sebaiknya hanya dilakukan ketika memang sedang dibutuhkan.

"Kalau memang lagi kurang, untuk peternak kurang ya enggak ada salahnya," kata Direktur Utama BISI Jemmy Eka Putra di Hotel Mulia, Jakarta, Senin (11/2/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Jemmy menyarankan agar diterapkan swasembada on trend. Artinya impor hanya dilakukan ketika pasokan dalam negeri tak mencukupi.

"Kalau zaman dulu kan ada namanya swasembada on trend. pada saat dibutuhkan karena musim ya bisa impor. kalau lagi panen raya ya diekspor banyak-banyak dalam tanda petik masih cukup sisanya untuk kebutuhan lokal," tambahnya.

Menurut Jemmy, kondisi anomali yang terjadi beberapa waktu lalu, ketika harga jagung di peternak meroket, sebenarnya kondisinya sudah mulai panen. Namun antara lokasi panen jauh dengan daerah yang membutuhkan.

"Ya ini kan karena panennya tidak pas dengan lokasi yang ditujukan. Katanlah panennya di Medan, dia sudah panen sejak bulan lalu, namun yang membutuhkan misalnya di Blitar ya itu memang ada gap jarak dan waktu," tutupnya.


Sebelumnya pemerintah menugaskan Perum Bulog mengimpor jagung untuk pakan ternak. Berbeda dengan impor sebelumnya, kali ini Bulog tidak dibatasi kuota.

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan pemerintah menugaskan Bulog impor karena pasokan masih kurang. Sebelumnya pemerintah sudah membuka dua kali impor jagung dengan kuota 100.000 ton dan 30.000 ton.

Darmin bilang impor 30 ribu ton jagung yang terakhir belum bisa mencukupi sehingga perlu ditambah. (das/dna)

Hide Ads