Kalangan pengusaha sendiri menanti 'pertarungan' dua kandidat yakni Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subanto. Terlebih, untuk pembahasan impor bahan bakar minyak (BBM) dan data pangan.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menerangkan, energi menjadi bagian penting di dalam kehidupan masyarakat. Masalahnya, Indonesia dalam posisi net importir minyak. Dia berharap, ada penyelesaian terkait masalah ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masalah data pangan juga menjadi perhatian pengusaha. Terlebih, data pangan ini dianggap tak akurat,
"Pangan menjadi PR kita bersama, yang paling itu semua penting ketersediaan pangan. Sekarang ini lepas dari data, kemarin juga sama-sama tahu Kementan dikoreksi datanya, karena dianggap itu over," ungkapnya.
"Kalau nggak salah 80 juta ton kepotong jadi 50 juta, dipotong 30 juta karena datanya dianggap tidak akurat. Intinya kebijakan pangan harus dilihat keseluruhan," ungkapnya.
Bukan hanya itu, data jagung juga dianggap bermasalah. Sebab, data produksi jika tak sesuai dengan kondisi di lapangan.
"Data-data yang ada ini harus diperbaiki dengan baik karena kita sektor industri berkali-kali menghadapi masalah. Jagung dipakai untuk industri makanan dan unggas. Itu ada satu ketika datanya itu berbeda, Kementan cukup tapi di lapangan nggak ada stoknya," paparnya.