Awalanya, Sri Mulyani menceritakan soal anak koleganya yang tak mau meneruskan bisnis orang tuanya. Anak tersebut lebih memilih mengembangkan perusahaan rintisan dengan harapan bisa menjadi unicorn.
"Saya sebenarnya sedih waktu Pak Beny (seorang koleganya) bilang anaknya nggak mau melanjutkan bisnisnya. Itu menggambarkan lebih enak bisnis yang lain atau yang online-online, pengin jadi unicorn ya," tutur Sri Mulyani di Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (18/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebenarnya, lanjut Sri Mulyani, tak ada yang salah dengan ingin menjadi unicorn. Hanya saja ia memberi catatan, unicorn yang bisnisnya berbasis online tetap membutuhkan industri lain di sektor riil.
Misal saja, bisnis online penjualan tiket perjalanan yang bergantung pada industri penerbangan, transportasi dan angkutan. Lalu ada bisnis jual beli online yang bergantung pada industri penyedia produk sepero pabrik sepatu, pakaian, makanan dan lainnya.
Bahkan bisnis angkutan online sekalipun, tetap membutuhkan mitra yang bergerak di sektor riil seperti mitra pengemudi baik motor atau pun mobil.
Jadi menurutnya, jangan terlalu terlena untuk menjadi unicorn, namun tak mau mengembangkan bisnis di sektor riil.
"Unicorn itu kan untuk platform sendiri. Tapi the real player-nya kan tetap harus ada," tandas dia. (dna/dna)