Presiden Direktur PT AXA Mandiri Financial Services, Handojo G. Kusuma, mengungkapkan jika mengacu pada data yang dirilis Indonesia Services Dialog (ISD), setiap tahun setidaknya orang Indonesia membelanjakan uang Rp 100 triliun untuk mendapatkan layanan kesehatan di luar negeri.
"Kami juga menemukan sejumlah fakta banyaknya masyarakat Indonesia yang melakukan medical tourism untuk mendapatkan pelayanan dan solusi kesehatan terbaik di rumah sakit di luar negeri. Dengan adanya layanan ini masyarakat tidak perlu khawatir saat melakukan medical tourism ke negara lain, karena AXA Mandiri akan turut hadir memberikan pelayanan kami telah tersedia di 9 rumah sakit berjaringan yang terdapat di Indonesia dan ASEAN termasuk Singapura dan Malaysia, serta China," kata Handojo di Jakarta, Kamis (21/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini pula yang jadi potensi besar yang bisa ditangkap perusahaan asuransi kesehatan. Menurutnya, AXA Mandiri sendiri saat ini menggandeng sejumlah rumah sakit untuk menyediakan layanan kesehatan eksklusif bagi nasabah di Indonesia. Nasabah dengan premi di atas Rp 100 juta, otomatis jadi peserta yang mendapatkan layanan VIP tersebut.
"Nasabah diberikan value added, tidak hanya beli produk. Ini sebagai peningkatan kualitas pada nasabah kita. Selain prioritas saat pendaftaran (di rumah sakit), kita juga sediakan fasilitas penjemputan dari airport ke RS kalau misalnya berobat ke Thailand, Singapura, Malaysia. Ini servis di luar (manfaat) asuransi itu sendiri," ujar Handojo.
Sejumlah rumah sakit luar negeri yang bekerja sama antara lain RS Gleneagles, RS Parkway East, dan RS Mount Elizabeth. Kemudian RS Sunway Medical Center di Malaysia, St Stamford Modern Guangzhou di China. Sementara di Thailand layanan bisa didapatkan di Bangkok Dusit Medical Center yang terdiri 4 pusat kesehatan yakni RS Bangkok Phuket, Phyathai 2, Samitivej Srinarakaran, dan Samitivej Sukhumvit.
Lanjut Handoko, jika mengacu pada survei yang dilakukan Mercer Marsh Benefits di tahun 2018, menyebutkan bahwa biaya rumah sakit termasuk ruang operasi, ruang rawat inap, dan biaya sewa peralatan rawat inap, merupakan ongkos termahal dalam komponen total biaya pengobatan atau mengambil porsi sekitar 21%.
Selain itu, survei tersebut juga menyebutkan kalau peningkatan biaya pengobatan Indonesia pada tahun lalu sebesar 12,6%, lebih tinggi dibandingkan kenaikan biaya pengobatan di Malaysia sebesar 12,5%, Singapura 9,1%, dan rata-rata negara di Asia sebesar sekitar 10%.
"Asuransi kesehatan bisa menjadi solusi bagi masyarakat untuk dapat menjalani pemulihan kesehatan, tanpa perlu khawatir mengenai biaya yang timbul, karena risiko tersebut akan dialihkan kepada perusahaan asuransi. Di saat yang sama, kondisi finansial tetap terjaga untuk keuangan jangka panjang," tutup Handoko. (ega/hns)