Masih Rendah, Belanja Modal K/L bakal 'Dipelototi' Sri Mulyani

Masih Rendah, Belanja Modal K/L bakal 'Dipelototi' Sri Mulyani

Hendra Kusuma - detikFinance
Jumat, 22 Mar 2019 19:20 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani/Foto: Wisma Putra
Jakarta - Realisasi belanja modal pemerintah di awal tahun masih rendah. Menurut catatan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) belanja modal sebesar Rp 4,27 triliun atau 2,26% dari pagu Rp 189,34 triliun, terendah dari porsi belanja pemerintah lainnya.

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati belanja modal masih rendah karena banyak kementerian/lembaga (K/L) baru memulai mengontrakkan programnya masing-masing

"Ya ini kan masih banyak dari Kementerian Lembaga yang sedang awal tahap untuk mengontrakkan melakukan program," kata Sri Mulyani di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (22/3/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Menurut data APBN KiTa yang dirilis Kemenkeu realisasi belanja negara itu mencapai 11,04% per 28 Februari 2019 dari target belanja dalam APBN 2019 sebesar Rp 2.461,1 triliun. Total belanja negara itu naik 9,15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Khusus belanja pemerintah pusat realisasinya sebesar Rp 145,68 triliun atau 8,91% dari pagu Rp 1.634,34 triliun. Untuk belanja K/L realisasinya Rp 71,2 triliun atau 8,33% dari target yang mencapai Rp 855,4 triliun. Lalu realisasi belanja non K/L mencapai Rp 74,4 triliun atau 9,56% dari target Rp 778,89 triliun.

Untuk belanja K/L realisasi yang paling rendah adalah belanja modal sebesar Rp 4,27 triliun atau 2,26% dari pagu Rp 189,34 triliun. Realisasi belanja modal kalah cepat dengan belanja pegawi, barang, dan bansos.


"Kita masih berharap, biasanya akan terjadi akselerasi pada kuartal ke II dan ke III nanti," ujar Sri Mulyani.

Sri Mulyani menambahkan tetap memantau pergerakan realisasi kinerja belanja K/L, apalagi pada triwulan II dan III banyak hari libur.

"Hanya memang kuartal ke II kan kita harus hati-hati kan ada lebaran, jadi nanti masih ada libur-libur itu. Jadi kita tetap akan mendorong," ujar mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu. (hek/hns)

Hide Ads