Kementan Genjot Pengembangan Sentra Sayuran Organik di Karanganyar

Kementan Genjot Pengembangan Sentra Sayuran Organik di Karanganyar

Tia Reisha - detikFinance
Sabtu, 20 Apr 2019 13:46 WIB
Foto: Dok. Kementan
Jakarta - Direktur Jenderal Hortikultura Suwandi mengatakan Indonesia sangat kaya akan komoditas tanaman sayuran. Buktinya, berbagai jenis tanaman sayuran yang tersebar di berbagai daerah, salah satunya yang tengah dikembangkan di Desa Nglebak, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

"Daerah ini menjadi sentra tanaman sayuran organik dengan berbagai jenis tanaman pakcoy, seledri, kacang capri, cabai, wortel, bawang daun dan lainnya, di samping sayuran biasa" ujar Suwandi dalam keterangan tertulis, Sabtu (20/4/2019).

Hal tersebut ia sampaikan saat meninjau tanaman sayuran di Desa Nglebak, Jumat (19/4), yang juga dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Karanganyar Supramnaryo, serta para petani sayur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Suwandi menyebutkan Kementan hingga saat ini terus mendorong sentra-sentra tanaman sayuran sejenis di daerah lain agar produksi dan volume ekspor semakin meningkat. Tanaman sayuran tumbuh subur di dataran tinggi seperti di Brastagi, Solok, Kerinci, Puncak, Lembang, Pangalengan, Ciwidey, Magelang, Sleman, Wonosobo, Tawangmangu, Batu malang, Enrekang, Modoinding dan lainnya.

"Kita targetkan dan dorong sayuran berkualitas, sayuran organik, ramah lingkungan dan menyehatkan hingga masuk supermarket dan bahkan ekspor agar pendapatan petani dan negara meningkat," ujarnya.

Menurut Suwandi, target ini bisa diwujudkan karena tanaman baby buncis, capri, edamame, kubis dan 30-an jenis sayuran lainnya memiliki daya saing yang tinggi dan sudah diekspor. Bahkan ekspor sayuran pada 2018 naik lebih tinggi dibandingkan pada 2017.

"Tanaman sayuran identik dengan sehat dan segar. Di Tawangmangu ini daerah dataran tinggi, udara sejuk, tumbuh berbagai jenis sayuran, bahkan banyak juga tanaman obat dan hias. Di sini letak strategis dan juga menjadi tujuan wisata," terangnya.

Sementara itu, petani sayuran organik Desa Nglebak Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar Hartono mengatakan para petani menanam tanaman organik seperti sayuran pakcoy, seledri, kacang capri, cabai merah dan lainnya. Ditanam tumpangsari antar sayuran dan lahan sayur di wilayah tersebut masih tersebar kecil serta sudah diatur pola tanam sehingga pasokan bisa berlanjut.

"Untuk organik harga lebih mahal, misal seledri dalam ikat seberat 2 ons, harga 5 ikat setara Rp 27.500 per kg. Hal sama untuk pakcoy harga Rp 15 ribu per kg dan kacang capri Rp 50 ribu per kg," katanya.


Hartono menyebutkan biaya produksi organik lebih efisien karena tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimiawi, misal pakcoy organik biaya totalnya Rp 5.000 per kg. Sayur organik ini sudah sarana pasca panen dan packingnya, rutin masuk swalayan atau supermarket, sedangkan sayuran non organik masuk pasar tradisional.

"Ini lumayan menguntungkan. Kami terus berupaya memperluas tanam organik," jelasnya.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Karanganyar, Supramnaryo menuturkan kawasan pertanian di Tawangmangu ini tidak hanya menjadi sentra budidaya sayur-sayuran seperti sayuran organik pakcoy capri, seledri dan berbagai jenis sayuran lainnya, tetapi juga sentra tanaman hias seperti krisan, anggrek, antorium, bonsai dan 130 jenis tanaman hias lainnya yang melibatkan 850 pedagang memasok ke seluruh Indonesia.

"Desa Nglebak sentra sayuran organik sedangkan Desa Nglurah dinobatkan sebagai desa wisata tanaman hias di Tawangmangu," tuturnya. (prf/hns)

Hide Ads