Peneliti INDEF Bhima Yudhistira mengatakan, tidak banyak berubahnya angka pertumbuhan ekonomi nasional karena pemerintah lambat mengantisipasi kinerja investasi dan ekspor.
"Faktor pertumbuhan stagnan, motor utama pertumbuhan tidak berjalan optimal. Pemerintah lambat antisipasi perlambatan investasi dan ekspor," kata Bhima saat dihubungi detikFinance, Selasa (7/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Ekonomi RI Tumbuh 5,07% di Kuartal I-2019 |
Kinerja investasi pada kuartal I-2019 tumbuh melambat menjadi 5,03% dari yang sebelumnya tumbuh sekitar 7%. Sedangkan ekspor negatif 2,08%.
Menurut Bhima, perlambatan investasi dan ekspor dikarenakan 16 paket kebijakan ekonomi gagal dan harus dievaluasi.
"16 paket kebijakan terbukti gagal dan harus dievaluasi total," ujar dia.
Selanjutnya, dampak Pemilu kepada produk domestik bruto (PDB) pun tidak signifikan. Bahkan, Pemilu memberikan dampak terhadap investor yang menanamkan dananya di Indonesia.
Baca juga: Ekonomi RI Tumbuh Negatif Di Awal Tahun 2019 |
Faktor lain yang membuat perekonomian Indonesia cenderung stagnan adalah masih rendahnya harga komoditas. Ditambah lagi rendahnya pertumbuhan industri manufaktur nasional.
"Sebagai pendorong sektor lainnya, lemahnya growth manufaktur mengancam kualitas pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang," ujar dia.
Faktor yang lainnya, kata Bhima adalah pembangunan infrastruktur yang belum berdampak besar pada perekonomian nasional. Hal ini karena dominasi BUMN dan minimnya peran swasta.
"Pembangunan infrastruktur terbukti belum berhasil memberikan multiplier effect terhadap perekonomian," ungkap dia.