Ekonom INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan hasil pemilihan presiden periode 2019-2024 ini memiliki perbedaan dibandingkan periode 2014 lalu. Menurut dia, saat itu investor memiliki harapan baru dengan pemimpin yang baru.
"Beda dari tahun 2014, saat itu pelaku pasar optimis pasca pemilu. Ada harapan pemerintah di bawah Jokowi bisa mendorong ekonomi hingga tumbuh 7%," kata Bhima saat dihubungi detikFinance, Selasa (21/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jokowi effect berkurang di mata investor," jelas dia.
Ekonom Center for Strategic and International Studies (CSIS) Fajar B Hirawan menjelaskan saat ini kepercayaan investor asing terhadap Jokowi masih sangat baik, apalagi jika dibandingkan dengan Prabowo yang cenderung inward looking dan terjebak pada populisme anti asing dan anti impor.
Menurut Fajar, saat ini Jokowi juga sudah memiliki persepsi seperti Prabowo dengan populisme ekonomi nasionalisnya melalui pengambilalihan Blok Rokan dan Mahakam, ditambah pengambilan saham Freeport sebanyak 51,2%.
"Namun setidaknya Jokowi tidak secara eksplisit menyatakan anti asing. Malah justru Jokowi berkali-kali mengundang negara-negara sahabat untuk berinvestasi di Indonesia dalam forum ekonomi internasional seperti G20 sampai APEC," kata Fajar.
Dia mengungkapkan, sinyal-sinyal tersebut yang selalu diberikan oleh Jokowi berulang kali kepada pelaku usaha dan investor.