Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta mengatakan kemandirian ekonomi tertuang dalam pembangunan semesta berencana yang merupakan gagasan Presiden Sukarno.
"Kemandirian ekonomi bukanlah sesuatu yang baru, akan tetapi sudah tercetus sejak dulu, sejak bangsa ini berdiri. Dengan demikian, kita harus meneruskan cita-cita tersebut, termasuk di tingkat daerah," katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (22/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia yang hadir dalam Seminar Nasional Kelitbangan 2019 itu menjelaskan terdapat sembilan prinsip atau nawa prinsip dalam pembangunan semesta berencana untuk mewujudkan kemandirian ekonomi.
Pertama ialah berlandaskan Sistem Ekonomi Pancasila. Kedua, transformasi dari ekonomi kolonial ke nasional yaitu produksi dan distribusi dikerjakan oleh rakyat. Selanjutnya, perubahan mental dari bergantung menjadi mandiri.
"Yang kelima ialah pembangunan yang berbasis pada potensi sumber daya dan budaya lokal. Ini yang sering luput. Orientasinya berasal dari eksternal terus padahal apa yang kita miliki itu bisa menjadi besar," ucap Arif.
Kelima ialah interkoneksi antara pusat dan provinsi dari kabupaten/kota sampai ke desa. Kemudian, pemerintahan yang aktif dan memihak kepada yang lemah dan terlemahkan. Ketujuh yakni menjadikan pendidikan sebagai kunci.
"Dua prinsip terakhir yang tidak kalah penting yakni setiap kebijakan pembangunan mempunyai tujuan menciptakan lapangan kerja serta pembangunan yang berkeadilan sosial sehingga rakyat dapat berdaya," jelasnya.
Lebih lanjut Arif menyampaikan dalam konteks perekonomian Bali, Bali harus dan mampu mewujudkan kemandirian ekonomi mengingat Bali merupakan salah satu tulang punggung perekonomian nasional.
Hal itu disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi Bali yang selalu lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional. Meskipun demikian, berdasarkan pengeluaran ekonomi Bali sangat dipengaruhi terutama oleh pergerakan impor dan ekspor, baik dari sisi kontribusi maupun pertumbuhan.
"Peran yang besar dari ekspor dan terutama dari impor tentu dapat mempengaruhi kemandirian ekonomi Bali karena berpotensi dipengaruhi oleh gejolak eksternal sehingga ini harus segera diatasi," kata Arif.
Oleh karena itu, Arif menilai Pemprov Bali harus menyusun kembali strategi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan tujuan utama kemandirian ekonomi.
Salah satunya ialah dengan memaksimalkan potensi dan kebudayaan lokal yang telah menjadi keunggulan dan ciri khas dari Provinsi Bali.
"Bali terkenal dengan keandalannya dalam mengelola pariwisata. Seperti misalnya tour guide, kerajinan tangan, hingga pengalaman menyelenggarakan kegiatan internasional. Ini semua bisa dijadikan komoditas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta mewujudkan kemandirian ekonomi Bali," pungkas Arif. (mul/mpr)