Menurut Abidin (28), salah satu pedagang sayur dan bumbu dapur di Pasar Senen Jakarta Pusat, harga pangan yang terus naik membuatnya tak bisa dapat 'THR'. Maksudnya, untung yang diraupnya hanya sedikit.
"Nggak ambil THR saya mah, belum ambil THR. Memang harganya sudah naik saja dari sananya (Pasar Induk Kramat Jati)," kata Abidin ketika ditemui detikFinance, Jumat (31/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mencontohkan harga tomat. Ia menjual dengan harga Rp 17.000/kg, sebelumnya ia hanya menjual dengan harga Rp 12.000/kg. Kenaikan ini berasal dari distributor di Pasar Induk Kramat Jati seharga Rp 16.000/kg.
"Tomat sekarang Rp 17.000/kg, naiknya baru hari ini. Tadinya Rp 12.000/kg. Ambil dari induk untungnya tipis, Rp 1.000," jelas Abidin.
Selain Abidin, Seno (30) salah satu pedagang daging ayam di Pasar Senen, Jakarta Pusat juga mengeluhkan hal yang sama. Seno mengatakan, setiap hari menjelang Lebaran harga daging ayam naik. Ia pun tak bisa menjual lebih mahal, karena menurutnya lebih baik habis dengan harga mendekati modal, dibandingkan dengan harga mahal yang untungnya lumayan besar namun pembelinya sepi.
"Belum dapat THR, pasti harga naik seminggu sebelum Lebaran. Nanti malam takbiran, pasti harganya gila-gilaan. Pasti tinggi banget, sudah nggak normal. Saya mana bisa jual mahal, nanti sepi yang beli. Lebih baik untung sedikit tapi habis," kata Seno.
Sedangkan, menurut Asep pedagang daging sapi di Pasar Gondangdia, Jakarta Pusat, ia yang memberi 'THR' pada pembeli. Ia mencontohkan, bila ada yang beli daging sapi 2 kilogram (kg) atau lebih pasti ada saja yang minta bonus, atau 'THR'.
"Kita ambil THR dari mana? Yang ada kita kasih THR ke pembeli. Itu saja tadi ada yang beli tulang sama daging dua kilogram lebih, minta THR daging sop," ungkapnya.
Tonton juga video Polda Sulsel Sidak ke Pasar Pabaeng-baeng, Cek Harga Pangan:
(ara/ara)