Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani berbicara mengenai kondisi perekonomian global yang masih dipenuhi tantangan dan ketidakpastian akibat eskalasi perang dagang, persaingan geopolitik, dan fluktuasi harga komoditas.
"Kondisi ini menyebabkan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia, pelemahan investasi, dan perdagangan global," kata Sri Mulyani di ruang rapat paripurna DPR, Jakarta, Selasa (11/6/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tekanan global menyebabkan kinerja ekspor Indonesia mengalami perlambatan," jelasnya.
Meski begitu, kata Sri Mulyani, perekonomian Indonesia tetap mampu menunjukkan ketahanannya, dengan pertumbuhan di atas 5,07%. Menurutnya kondisi itu didukung oleh permintaan domestik dan kebijakan makro ekonomi fiskal dan moneter.
"Lembaga pemeringkat utang internaslonal S&P pada bulan Mei lalu menaikkan peringkat (rating) utang Indonesia satu tingkat menjadi BBB dengan outlook stabil," katanya.
"Capaian reformasi ekonomi yang telah dljalankan selama ini juga membawa perbaikan peringkat daya saing, yang berdasarkan penilaian IMD World Competitiveness Yearbook (WCY), peringkat daya saing lndonesia naik 11 peringkat dari perlngkat 43 di tahun 2018 menjadi peringkat 32 dunia pada tahun 2019," sambungnya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyatakan pemerintah terus meningkatkan kewaspadaan menghadapi ketidakpastian global yang meningkat. Pemerintah, kata dia, juga fokus memperbaiki daya kompetisi dan produktivitas ekonomi Indonesia melalui kebijakan investasi, perdagangan dan pembangunan infrastruktur serta perbaikan kualitas sumber daya manusia.
"Reformasi struktural dan kebijakan ekonomi untuk memacu investasi dan ekspor akan menjadl perhatian utama," tuturnya.