Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman pun merespons data BPS tersebut.
"Aku sudah baca, karena juga sudah disampaikan BPS Ramadhan itu maju ya kemudian masa tanamnya mundur sedikit. Sehingga pas kena di sini.," tutur Amran usai acara halalbihalal Kementerian pertanian, Selasa, (11/6/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Supaya fair, tulisnya Januari, Februari, Maret, April. Coba perhatikan deflasi di Februari dan Maret itu deflasi besar. YoY deflasi perbandingan dengan tahun lalu. Jadi jangan dilihat satu bulan, karena tanaman itu semusim," jelas Amran.
Amran menambahkan harga bahan pangan sempat naik setelah Lebaran karena stok berkurang. Kondisi ini terjadi karena masa panen mundur sehingga pasokan sempat tersendat.
"Itu kan karena stoknya saja, stoknya terbatas, karena bulan puasa ini kan panennya mundur," tuturnya.
Sebagai informasi, dari inflasi bulan Mei sebesar 0,68% tersebut, bahan makanan inflasinya 2,02% andilnya 0,43%.
Sebelumnya kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, komoditas yang dominan menyumbang inflasi tersebut adalah cabai merah besar, daging ayam ras, bawang putih, ikan segar, dan selebihnya komoditas sayuran.
"Komoditas yang dominan inflasi kenaikan cabai merah sebesar 0,10%, daging ayam ras 0,05%, bawang putih andilnya 0,05%, ikan segar 0,04%, selebihnya komoditas sayuran kontribusinya 0,01%, seperti kelapa, pepaya," kata Suhariyanto saat jumpa pers di kantor BPS, Jalan Dr. Sutomo, Jakarta Pusat, Senin (10/6/2019).
Sementara itu harga tomat dan wortel sempat naik usai lebaran. Di Pasar Pondok Labu, Jakarta Selatan harga tomat capai Rp 24.000 per kilogram (kg), dan wortel capai Rp 18.000/kg.
Menanggapi hal tersebut, Mentan mengatakan lonjakan terjadi karena musim tanam mundur, sehingga pasokan dan stok terbatas.
"Itu kan karena stoknya saja, stoknya terbatas, kan karena bulan puasa ini musim tanam mundur, panennya mundur," kata Amran (hns/hns)