Dolly mengungkapkan, tingginya kebutuhan gula mentah ini karena kapasitas produksi PTPN III kian bersaing dengan perusahaan-perusahaan swasta. Menurut dia, daya giling pabrik-pabrik gula milik PTPN III semakin besar setelah menjalani revitalisasi alat-alat produksi dalam beberapa tahun terakhir.
"Kami telah meningkatkan kemampuan dalam memproduksi gula dengan merevitalisasi alat lewat PMN (Penyertaan Modal Negara) Rp 3-4 triliun, tiap pabrik kami yang ada di Jawa dan Sumatra punya kemampuan menghasilkan 15 ribu ton gula setiap kali giling," kata Dolly dalam keterangannya di Jakarta, Senin (1/7/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sesuai arahan pemerintah mengenai efisiensi, maka kami harus memanfaatkan dengan baik daya giling dan bahan bakar yang kami gunakan untuk mencapai kapasitas maksimal dalam memproduksi gula per tahunnya. Untuk itu, 525 ribu ton gula mentah ini harus kami dapatkan," ujar dia.
Menurut dia, selama ini untuk memenuhi kebutuhan gula mentah, PTPN III membeli tebu dari dari para petani. Pembelian ini sendiri dilakukan setelah PTPN III melakukan pendampingan kepada para petani. Mulai dari pembibitan, transportasi, hingga panen. Maka dari itu, Dolly menegaskan, keuntungan yang diraih BUMN seperti PTPN III akan selalu bermanfaat bagi masyarakat luas.
"Kami punya lahan tebu seluas 30 ribu hektare dengan para petani di dalamnya, kami ini padat karya. Oleh karena itu, jika kami kesulitan menjual gula dengan harga yang bersaing, kemudian misalnya kami rugi, banyak petani yang bernaung bersama kami ikut merugi," ujar dia.
Lebih jauh, Dolly menyebutkan, PTPN III akan mengikuti instruksi pemerintah dalam penggunaan gula mentah yang dibutuhkan. Menurut dia, untuk mengisi margin yang masih kosong, gula lokal ataupun impor bukan masalah.
"Itu nanti akan ditentukan oleh pak Menteri Perdagangan, kami siap saja karena yang penting produksi gula kami tetap bisa ikut menjaga harga gula stabil di pasaran dan juga PTPN III bisa mendapatkan keuntungan untuk melanjutkan produksi gula," kata dia.
(fdl/fdl)