"Pak Gubernur (Sultan) itu berpesan empat hal terkait dengan tol itu," ujar Hananto kepada wartawan di sela Syawalan wartawan unit Kepatihan Yogyakarta di Bale Timoho, Rabu (3/7/2019).
Pesan Sultan yang pertama berkaitan dengan keberadaan situs-situs arkeologis. Menurut Hananto, Sultan selalu berpesan jangan sampai trase tol yang melewati wilayah DIY dibangun di atas situs-situs arkeologis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun pesan Sultan yang ketiga, lanjut Hananto, yakni manfaat pembangunan tol di DIY harus dirasakan masyarakat sekitar. Ia tak ingin masyarakat DIY hanya menjadi objek yang tak merasakan manfaat pembangunan.
"Sehingga ditugaskan, ketika mau dibangun tol kira-kira exit atau entri tolnya itu di sebelah mana, di mana masyarakat itu bisa mendapatkan manfaat dari keberadaan (tol) tersebut melalui entri maupun exit-nya," ungkapnya.
Pesan Sultan yang terakhir yakni harapan Sultan agar keberadaan tol tidak memisahkan komunitas masyarakat. "Artinya kalau itu (tol) nabrak kampung, kampung yang tadinya satu kesatuan (jangan sampai) menjadi terbelah," paparnya.
Selanjutnya Hananto menegaskan bahwa Sultan tidak pernah menolak pembangunan tol. Seperti rencana pembangunan tol Yogyakarta-Bandara Kulon Progo, kata Hananto, Sultan tidak pernah menolak pembangunan tol tersebut.
"Lha di dalam tata ruang itu enggak ada tol Yogya-Bandara itu... Yang ada itu adalah jalan tol Yogyakarta-Cilacap lewatnya Kulon Progo. Jadi kalau Pak Gubernur ngomong 'aku tidak setuju jalan tol Yogyakarta-Bandara' (karena) tidak ada acuannya," tutupnya.
Tonton video Ini 14 Tol Baru Prioritas Jokowi di Periode Kedua:
(ara/ara)