Langkah ini juga sebagai upaya mengantisipasi peringatan dini dari BMKG yang menyatakan bahwa tahun ini berpotensi kemarau ekstrem sampai dengan bulan September, dan puncaknya diperkirakan akan terjadi pada bulan Agustus 2019.
Selain itu, data BMKG juga menyatakan bahwa sudah 30 hari lebih Pulau Jawa dan Nusa Tenggara tak dituruni hujan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sarwo mengatakan, dari tiga pulau tersebut, terdapat 100 kabupaten/kota yang terdampak kekeringan dengan luas lahan 102.746 hektar (ha). Kemudian, juga terdapat 9.358 hektare sawah yang puso atau gagal panen di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
"Terdapat lebih kurang 100 kabupaten/kota dengan total luasan 102.746 hektare dan puso 9.358 hektare," kata Sarwo.
Selain itu, Dirjen Tanaman Pangan Sumardjo Gatot Irianto mengatakan, upaya penanganan kekeringan kali ini atau mitigasi berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, wilayah yang sudah mengalami kekeringan nanti juga akan menjadi sumber pertumbuhan luas tanaman baru.
"Mitigasi bencana kekeringan tahun agak berbeda dari mitigasi kekeringan sebelumnya. Karena, kita melibatkan wilayah-wilayah yang ketika terjadi kekeringan justru jadi sumber pertumbuhan luas tanam baru," ungkap Gatot.
Hiks! 100 Hektare Sawah di Cianjur Kering, Petani Gagal Panen:
(dna/dna)