Anies mengungkapkan hal tersebut dalam acara CNBC Indonesia Conference membahas Water Security And Sustainability, di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan.
Anies mengatakan, biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat yang belum dijangkau oleh pipa air bersih mencapai Rp 600 ribu per bulan. Sementara yang sudah tersambung pipa hanya Rp 120-150 ribu per bulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang lebih menyedihkan, lanjut Anies, masyarakat yang harus membayar air lebih mahal adalah kalangan menengah ke bawah, atau cenderung yang kurang mampu.
"Yang terlayani dengan pipa baru sekitar 57%. Ini salah satu tantangan kita, bahwa bagi masyarakat yang secara sosial ekonomi rendah, dia terpaksa membayar lebih tinggi untuk air minum dibandingkan dengan masyarakat yang sudah lebih sejahtera," jelasnya.
Atas dasar itu, pihaknya akan menggenjot jaringan pipa air bersih guna menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Salah satu caranya adalah mengambil alih penyediaan pipa air dari private sector (pihak swasta).
Harapannya pembangunan jaringan pipa air bersih bisa dilakukan lebih cepat ketika ditangani langsung oleh Pemprov DKI Jakarta. Saat ini proses negosiasi dengan pihak swasta masih dilakukan.
"Ini salah satu tantangan terbesar yang kita miliki. Karena itu yang kita ingin lakukan sekarang adalah memperluas jaringan pipa, dan kerja sama, lebih tepatnya privatisasi air minum kita akan ambil alih," tambahnya.
(ara/ara)