"Jika selama ini teknologi dan inovasi yang dihasilkan hanya sebatas publikasi milik penelitinya, kita ubah menjadi ke depannya hasil riset itu harus berdampak langsung untuk bisa mensukseskan program yang ingin diwujudkan menteri," kata Fadjry dalam keterangan tertulis, Jumat (26/7/2019).
Hal itu ia ungkapkan saat memberikan sambutan pada Orasi Purna Tugas Prof. Dr. Ir. Achmad Suryana di Bogor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mewujudkan Indonesia lumbung pangan kita sudah memulainya, sekarang upaya lebih diintensifkan lagi misalnya pemanfaatan lahan rawa, yang potensinya jika dikelola dengan baik dapat menambah pasokan pangan dan tanpa mengganggu lingkungan. Ini optimis bisa kita wujudkan dengan dukungan teknologi dan kita harus mampu efisiensi manfaatkan air dan tingkatkan kualitas konsumsi pangan," ujarnya.
Menurut Achmad, mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan merupakan agenda dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Dampaknya memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas.
"Karena itu, peningkatan ketersediaan, akses dan kualitas konsumsi pangan harus menjadi fokus ke depannya. Presiden Jokowi dan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman sudah menekankan agar fokus pada konten pangan ini," ujarnya.
Ia pun mengusulkan beberapa arah kebijakan pembangunan pertanian 2020-2024. Pertama, memenuhi kebutuhan pangan dan gizi yang cukup, aman, terjangkau, merata dan beragam.
Kedua, lanjutnya, menjaga keberlanjutan daya dukung dan daya tampung sumberdaya pertanian. Implementasinya seperti perlindungan lahan pangan, perluasan area pangan di luar Jawa, peningkatan kualitas lahan dan air, pengembangan pertanian ramah lingkungan dan peningkatan ketahanan sarana dan prasarana irigasi.
"Ketiga, meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas sumberdaya manusia pertanian. Keempat, menjaga stabilitas pasokan pangan sepanjang tahun terutama dari produksi dalam negeri," bebernya.
Plt. Sekretaris Jenderal Kementan, Momon Rusmono mengapresiasi berbagai gagasan dan kerja keras Prof. Achmat Suryana selama mengabdi di Kementan. Banyak terobosan dan capaian yang ditorehkan, tidak hanya pada kebijakan pangan dalam negeri, tetapi juga di kancah internasional.
"Saya berasal dari pengajar, seorang dosen. Jika diibaratkan dosen, saya memberikan nilai cum laude untuk Prof Achmad Suryana. Beliau dalam karir sangat cepat menduduki jabatan struktural," ujarnya.
(prf/hns)