Jakarta Bisa Belajar Jurus Perangi Polusi Udara dari Kota-kota Ini

Jakarta Bisa Belajar Jurus Perangi Polusi Udara dari Kota-kota Ini

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 30 Jul 2019 12:48 WIB
1.

Jakarta Bisa Belajar Jurus Perangi Polusi Udara dari Kota-kota Ini

Jakarta Bisa Belajar Jurus Perangi Polusi Udara dari Kota-kota Ini
Foto: Muhammad Ridho
Jakarta - Jakarta menjadi salah satu kota yang kondisi udaranya paling buruk dalam beberapa waktu terakhir. Dilansir dari laman AirVisual hari ini, Selasa (30/7/2019), Jakarta mendapatkan nilai 161 dan diganjar kategori 'tidak sehat'.

Pertanyaannya adalah bagaimana cara Jakarta keluar dari permasalahan kondisi udara ini? Beragam cara diungkapkan mulai dari membatasi kendaraan pribadi hingga kampanye penggunaan transportasi umum.

Di beberapa negara belahan dunia sudah banyak yang berhasil menekan polusi udara. Mungkinkah Jakarta bisa mengikutinya?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut ini beberapa kisah sukses dari seluruh dunia yang dirangkum dari berbagai sumber, mulai dari kebijakan dan perubahan yang dilakukan untuk memerangi polusi udara:
Menurut laporan American Lung Association pada 2017, California Selatan adalah pemimpin dalam polusi udara di antara negara-negara bagian lain, dengan tingkat ozon tertinggi.

Studi menunjukkan bahwa polusi di California membawa beberapa masalah kesehatan, mulai dari asma, kanker paru-paru, komplikasi kelahiran, dan kematian dini. Pada tahun 2016, daerah Bakersfield tercatat memiliki tingkat polusi udara tertinggi di antara kota-kota lain di Amerika Serikat.

Di California Selatan, berbagai kebijakan dan program mulai digunakan termasuk mobil listrik, pelistrikan di pelabuhan, bahan bakar bersih untuk truk, kapal dan kereta api, dan pemasangan wajib mesin yang lebih baru dan lebih bersih.

Meskipun peningkatan lalu lintas 38%, peningkatan populasi 30% dan peningkatan aktivitas pelabuhan 160% dari tahun 1994 hingga 2011, kebijakan dan program memerangi polusi udara berhasil menurunkan tingkat polusi secara drastis.

Beijing menjadi kota yang cukup berpolusi selama beberapa dekade terakhir. Hal ini tidak lepas dari sejarah industrialisasi negaranya yang menyebabkan degradasi pada lingkungannya. Pembangunan yang digenjot fokus pada ekspor produk industri menghasilkan polusi besar di seluruh negeri.

Namun kini, kualitas udara ditingkatkan secara drastis dengan mengurangi produksi baja dan listrik tenaga batu bara, dan investasi besar ke tenaga angin dan matahari. Pemerintah juga mendesak penduduk untuk melepaskan kompor tungku batu bara di rumah masing-masing.

Para pejabatnya pun beralih menggunakan bensin dan diesel berkualitas tinggi untuk kendaraan, standar emisi mobil yang mulai berlaku pada tahun 2020 akan sebanding dengan standar Eropa dan Amerika.

Pada bulan Maret 2017, pemerintah China secara nasional juga mengumumkan penutupan atau pembatalan 103 pembangkit listrik tenaga batu bara, yang mampu menghasilkan total lebih dari 50 gigawatt daya. Dikatakan juga, pemerintah akan memangkas kapasitas produksi baja sebanyak 50 juta ton.

Senyawa PM2.5 di Seoul rata-rata 26 mikrogram/m3 dari 2016 hingga 2018. Fakta ini menempatkan Seoul lebih dari dua kali batas normal tahunan WHO.

Ini pun menjadi berita buruk bagi paru-paru warga Seoul karena penelitian telah menemukan bahwa kadar sekitar 10 mikrogram mempengaruhi kesehatan mereka.

Mengatasi hal tersebut, Seoul telah mengembangkan energi terbarukan dalam transportasinya. Pertama, mereka mengujicobakan program retrofit mesin LPG pada 135 truk pembersih 2,5 ton yang digunakan oleh pemerintah daerah untuk mengejar emisi yang lebih rendah dari kendaraan diesel. Proyek ini diluncurkan oleh kota dan daerah sekitarnya pada tahun 2003.

Dari tahun 2005, proyek ini diperluas untuk mencakup bus kota dan kendaraan bisnis, memperkenalkan pemasangan perangkat DPF dan DOC, retrofit mesin LPG, dan penghentian awal pendaftaran kendaraan untuk kendaraan yang gagal memenuhi persyaratan emisi.

Seoul juga tertarik untuk mendorong penggunaan mobil listrik sebagai solusi mendasar untuk polusi udara, dan telah mendistribusikan mobil 'hijau' tersebut sejak 2009. Bahkan mereka membangun stasiun pengisian daya untuk uji coba penggunaan mobil listrik yang lebih luas. Kota ini adalah pemimpin dalam proyek mobil 'hijau', dimulai dengan sepeda listrik, mobil listrik, bus listrik, mobil bertenaga hidrogen, dan lain-lain.

Sumber utama polusi udara di Singapura adalah emisi dari industri dan kendaraan bermotor. Untuk itu, pemerintah Singapura membuat standar emisi kendaraan bermotor menjadi semakin ketat selama bertahun-tahun.

Standar emisi untuk semua kendaraan diesel baru telah direvisi dari standar Euro IV ke standar Euro V pada 1 Januari 2014. Standar emisi untuk kendaraan bensin direvisi menjadi standar Euro IV mulai 1 April 2014. Badan Lingkungan Hidup Nasional juga melakukan penegakan hukum secara berkala terhadap kendaraan berasap. Denda dikeluarkan untuk pemilik kendaraan berasap.

Singapura juga menggencarkan transportasi umumnya yang terintegrasi. Bahkan, untuk kendaraan pribadi negara kecil ini menetapkan jalan berbayar untuk menekan penggunaan kendaraan pribadi.

Pada tahun 1992, PBB menyatakan Mexico City kota yang paling tercemar di planet ini. Kadar ozon yang tinggi diperkirakan menyebabkan 1.000 kematian dan 35.000 orang dirawat inap setahun.

Meksiko pun bertindak, salah satunya dengan menggantikan mobil tua kota yang memiliki jelaga, memindahkan timah dari bensin, menggunakan gas alam, dan memperluas transportasi umum. Mereka juga merelokasi kilang dan pabrik, kehadiran timbal di udara telah menurun hingga 90% sejak tahun 1990.

Hide Ads