KSSK: Stabilitas Keuangan RI Terjaga dengan Baik

KSSK: Stabilitas Keuangan RI Terjaga dengan Baik

Hendra Kusuma - detikFinance
Selasa, 30 Jul 2019 14:19 WIB
Foto: Hendra Kusuma
Jakarta - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melaporkan hasil rapat reguler triwulan II-2019. Lembaga yang terdiri dari pejabat lintas instansi tersebut menyimpulkan bahwa sistem keuangan di tanah air dalam keadaan normal.

Seluruh anggota KSSK yang terdiri atas Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) tersebut menggelar rapat pada Jumat malam pekan lalu.

KSSK memantau sejumlah aspek sistem keuangan di dalam negeri dari mulai perkembangan ekonomi, moneter, fiskal, pasar keuangan, lembaga jasa keuangan hingga penjaminan simpanan. Kondisi-kondisi tersebut menjadi dasar penilaian kondisi sistem keuangan RI secara keseluruhan saat ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari hasil rapat tersebut hasil pantauan dari sisi ekonomi RI, sisi moneter, fiskal, penjaminan simpanan. Rapat stabilitas keuangan triwulan II terjaga dengan baik. Dalam rapat tersebut stabilitas keuangan domestik tetap baik dan ditopang industri perbankan yang sehat dan pasar keuangan domestik yang kondusif," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani di Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (30/7/2019).

Sri Mulyani mengatakan, ada tiga faktor yang mengindikasikan kondisi ekonomi Indonesia berjalan normal. Yang pertama ialah faktor turunnya ketidakpastian pasar keuangan global.


"Pertama ketidakpastian pasar keuangan global menurun dengan adanya langkah yang dilakukan bank sentral negara maju yang diikuti bank sentral negara berkembang, yang akan diprediksi menurunkan suku bunga The Fed," katanya.

Faktor kedua, kata Sri Mulyani, ialah dari imbal hasil invetasi porfolio di dalam negeri yang dinilainya masih kompetitif dan menarik dan ini meningkatkan aliran modal masuk atau capital inflow di Indonesia.

"Ketiga membaiknya persepsi terhadap ekonomi RI, dengan meningkatnya sovereign dari S&P," jelasnya.

Sri Mulyani menambahkan, berbagai kondisi ini telah membuat aliran modal asing masuk ke dalam negeri hingga menyebabkan penguatan nilai tukar rupiah dan meningkatkan kinerja obligasi negara dan pasar saham. Namun, pemerintah masih tetap perlu mewaspadai gejolak perang dagang yang terjadi antara China dan AS.

"Meskipun stabilitas keuangan baik kami tetap waspadai dari sisi eksternal faktornya yang diwaspadai adalah masih berlangsung ketegangan hubungan dagang Tiongkok dan AS dan ini melebar ke negara yang ekspor, faktor ini melemahkan perdagangan internasional dan akibatkan prospek ekonomi global, IMF menurunkan 0,5% dari GDP," katanya.

"Dan tensi antara Jepang dengan Korea, ekonomi global yang lemah dan ketegangan yang terjadi telah menekan harga komoditas termasuk minyak dan gas," tutup Sri Mulyani.




(hek/fdl)

Hide Ads