Bank Indonesia (BI) menilai Indonesia dapat melalui dan menghadapi tantangan perekonomian global terkini. Menurut Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti, Indonesia berpengalaman dalam merespons tantangan perekonomian, seperti saat menghadapi krisis moneter di 1997-1998 hingga periode pandemi COVID-19 yang berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, ia optimistis di tengah ketidakpastian global saat ini dan risiko rambatannya, Indonesia dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan.
"Indonesia ini sebenarnya bukan pertama kali menghadapi masa sulit seperti sekarang. Kita pernah even worse, 1997-1998. Kemudian COVID juga kita pernah mengalami masa sulit, tapi Alhamdulillah kita bisa melaluinya," terang Destry dalam acara Outlook Ekonomi DPR, di Auditorium Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Selasa (20/5/2025).
Outlook Ekonomi DPR dipersembahkan oleh Komisi XI DPR RI bersama detikcom dan didukung oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan); PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk; BTN; Bank Indonesia; Otoritas Jasa Keuangan; PT. PLN (Persero); dan Telkom Indonesia, Elevating Your Future.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Destry, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup stabil dan tumbuh lebih baik dibandingkan dengan negara lain. Pada kuartal I 2025, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada pada kisaran target yang ditetapkan, yakni 4,87%. Angka ini lebih baik dibandingkan negara tetangga, seperti Malaysia yang mencatatkan pertumbuhan 4,4% pada kuartal I 2025.
"Dan sekarang ekonomi kita sebenarnya tidak jelek-jelek amat. Tadi ditunjukkan ekonomi kita mempunyai daya tahan yang cukup tinggi dengan pertumbuhan tetap berada mendekati 5%. Di saat negara lain itu sudah mengalami penurunan yang drastis," tambah Destry.
Menurut Destry, Indonesia mempunyai basis ekonomi domestik yang kuat. Hal ini tak lepas dari sinergitas kebijakan pemerintah bersama Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
"BI dalam kebijakan selalu berupaya untuk terus meningkatkan ekspansi dari moneter kita. Supaya likuiditasnya cukup di perbankan. Nah oleh karena itu yang kita butuhkan apa? Confidence. Confidence untuk berusaha, confidence untuk berkonsumsi, apalagi penduduk kita kan usia muda yang mereka tentunya produktif dan masih memang spending. Nah itu yang menjadi kunci nanti dari pertumbuhan ekonomi kita," jelas Destry.
(acd/acd)