Asisten II Setda Boyolali, Widodo Munir, mengatakan lahan yang terkena proyek jalan tol Yogyakarta - Solo, terdiri dari lahan pertanian berupa persawahan, pekarangan dan pemukiman. Dari 100 hektar lebih lahan yang bakal terkena proyek jalan tol itu, sekitar 88 hektare diantaranya merupakan lahan sawah irigasi teknis atau LP2B.
"Kalau yang saya tahu itu sawah 88 hektare, lainnya ada pemukiman dan pekarangan. Kalau pemukiman kelihatnnya nggak banyak. Urutannya itu yang banyak sawah, pekarangan baru pemukiman," jelas Widodo Munir, Kamis (1/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebanyak 9 Desa di Kecamatan Banyudono dan Sawit, Boyolali akan terkena proyek jalan tol Yogyakarta - Solo. Yaitu Desa Batan, Banyudono, Jembungan, Kuwiran dan Sambon di Kecamatan Banyudono. Kemudian Desa Guwokajen, Bendosari, Jatirejo dan Kateguhan di Kecacamatan Sawit.
Menurut dia, dengan dipakainya lahan LP2B untuk pembangunan jalan tol, maka konsekuensinya Pemerintah Daerah harus mencari lahan pengganti di lokasi lain. Karenanya, saat ini Pemkab Boyolali juga sudah ancang-ancang untuk mencari lahan pengganti sawah yang terkena proyek jalan tol itu.
"Iya, tugasnya Pemda nanti mencarikan lahan pengganti, membuat sawah baru. Mau nggak mau akibat sawah kena itu kita harus mengganti LCP (lahan cadangan pertanian)," ujar dia.
Maka, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian untuk penyiapkan LCP. Lokasi sawah baru tersebut hingga saat ini belum ditentukan.
"Kemarin (secara) awangan, bahasa saya itu ya di Kecamatan Sambi dan Wonosegoro (untuk lokasi sawah baru). Mudah-mudahan yang di Wonosegoro kita bisa mengambil air dari sungai Serang (untuk irigasinya), membuat sawah di Desa Banyusri," kata Widodo.
Jika hal ini disetujui, lanjut dia, maka nantinya akan dibuat bendungan di sungai Serang untuk mengairi sawah baru. Namun, untuk itu juga masih harus koordinasi dengan pihak Jratunseluna.
"Tapi itu masih lama, harus koordinasi dengan Jratunseluna," pungkasnya.
(dna/dna)