Seperti dikatakan Anas Anis selaku penanggung jawab ekspor bambu hoki di Poktan Alamanda. Pihaknya kini mampu mengekspor bambu hoki sebanyak 1 kontainer atau sekitar 29 ton/bulan. Bahkan permintaan terhadap tanaman Dracena cukup tinggi.
"Kami mendapat permintaan tiap bulan sebanyak 5 kontainer, tapi cuma bisa memenuhi 1,5 kontainer," kata Anas, dalam keterangan tertulis, Jumat (2/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya, lanjut Anas, peluang pengembangan bambu hoki dan mengisi pasar ekspor cukup besar. Saat ini total ekspor bambu hoki dari pelaku usaha di Sukabumi sebanyak 35 kontainer/bulan. Dengan jumlah tiap kontainer 250 ribu batang bambu hoki.
Untuk memenuhi permintaan pasar ekspor bambu hoki, Poktan Alamanda telah bekerja sama dengan petani. Bahkan mengembangkan sistem inti-plasma. Poktan Alamanda sebagai inti dan petani mitra sebagai plasmanya.
Anas makin optimis peluang bambu hoki Indonesia ke pasar mancanegara makin terbuka lebar. Pasalnya, produk dalam negeri memiliki keunggulan dibandingkan dari negara lain seperti Tiongkok, Thailand dan India. Salah satu keungulannya lebih tahan lama atau tidak cepat layu.
Apalagi, lanjut Anas, kini pemerintah memberikan kemudahan bagi pelaku usaha yang akan ekspor. Misalnya, dalam perizinan lebih cepat. Jika sebelumnya bisa sampai 2-3 bulan, sekarang hanya 3 jam dengan syarat dokumen telah lengkap.
"Pernah ekspor Dracena kita ke Belanda terhambat, tapi setelah lapor pemerintah langsung direspon cepat. Malam Jumat gangguan, paginya sudah clean," katanya.
Selain itu, lanjut Anas, pemerintah juga telah memberikan banyak bantuan untuk kelompok tani. Misalnya, bimbingan teknis, bantuan green house, packaging house dan mobil operasional.
"Semua itu sangat membantu petani melakukan kegiatan usaha," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi Lukman yang turut melepas ekspor tersebut mengatakan, sesuai arahan Menteri Pertanian yang terus mendorong peningkatan ekspor komoditas hortikultura, baik sayuran, buah dan florikultura, pihaknya juga mengajak pelaku usaha untuk mengisi pasar ekspor. Khusus komoditas tanaman hias, seperti Dracena yang peluang ekspornya cukup besar. Sebab, tidak hanya dilihat dari nilainya, tapi juga sisi estetika tanaman hias.
"Potensi ekspor tanaman hias masih terbuka lebar dan sangat menarik. Bukan hanya dari sisi estetika saja, tapi jenisnya cukup banyak, ada lebih dari 100 jenis," kata Liferdi.
Liferdi menjelaskan ekspor bambu hoki saat ini sudah menembus pasar Rusia, Timur Tengah seperti Iran, Dubai dan Arab Saudi. Sedangkan pasar Asia ke Singapura, Malaysia dan India.
Eksportir tanaman hias sekarang meningkat 17%. Namun Liferdi menilai, itu saja tidak cukup, karena potensi pasarnya luar biasa. Karena itu, pemerintah akan memberikan kemudahan bagi pelaku usaha yang akan ekspor.
"Kalau ada pelaku usaha yang akan ekspor, kita bentangkan karpet merah. Jadi kita akan support, termasuk dalam kecepatan perizinan. Dulu sampai 8 Minggu, sekarang cukup 3 jam," katanya.
Untuk mendorong tumbuhnya usaha florikultura, lanjut Liferdi, pemerintah akan mengembangkan kampung Horti. Dengan adanya kampung Horti diharapkan akan memacu pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
"Kampung Horti itu nantinya konsepnya jadi kampung wisata. Orang akan tertarik, kemudian merasakan dan membawa pulang. Dengan demikian perekonomian dan penghasilan kelompok tani akan meningkat," tuturnya.
(prf/hns)