Kartu pra kerja merupakan program yang diperuntukkan bagi para pencari kerja baru dan korban PHK untuk mendapatkan keterampilan baru dengan pelatihan. Lantas apakah kartu pra kerja ini mampu meningkatkan kualitas tenaga kerja?
Pengamat Ketenagakerjaan Aloysius Uwiyono menyambut baik kartu pra kerja. Menurutnya pelatihan tenaga kerja yang terdapat dalam program ini sangat dibutuhkan. Terlebih lagi di era kemajuan teknologi dengan beragam otomatisasi yang menuntut adanya keterampilan baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Aloysius, kartu pra kerja ini lebih cocok digunakan untuk para pencari kerja yang sebelumnya sudah bekerja dan membutuhkan keterampilan baru. Pasalnya, kebanyakan yang terputus kerja merupakan korban dari keterampilan baru.
"Mereka yang kena PHK itu korban otomatisasi, diberikan kartunya dan dilatih untuk pekerjaan yang akan datang dengan penambahan keterampilan, itu sangat membantu bagi mereka," ujar Aloysius.
Namun, menurut Peneliti INDEF Bhima Yudhistira masalah kurangnya keterampilan tenaga kerja ada di dasar institusi pendidikannya. Menurutnya, institusi pendidikan kurang mampu menciptakan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja.
"Ada problem yang lebih mendasar yaitu institusi pendidikan belum mampu menciptakan lulusan dengan skill yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, padahal skill miss match justru dimulai dari pendidikan paling dasar yakni SD dan SMP," kata Bhima.
Menurutnya, kalau kartu pra kerja hanya bergerak di sektor hilir alias angkatan kerja yang sudah lulus sekolah saja tidak cukup. Dia mencontohkan di Singapura saja demi mempersiapkan keahlian baru, siswa SD sudah diberi pelajaran coding.
"Di Singapura siswa SD sudah diajari kurikulum coding agar bisa mempersiapkan tren pekerjaan masa depan. Jadi kalau kartu prakerja hanya bergerak di hilir saja tentu belum cukup," kata Bhima.
(ara/ara)