Seperti misalnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2019 hanya 5,05% year on year (yoy). Angka itu melambat jika dibandingkan pertumbuhan pada kuartal II-2018 sebesar 5,27%. Hal itu juga tercermin dari penjualan semen secara industri.
"Kalau dilihat memang secara demand turun juga," kata GM of Marketing PT Semen Indonesia Tbk Johanna Daunan di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (21/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Growth kita harapkan 4%, itu korelasi dengan pertumbuhan ekonomi," tambahnya.
Dia menjelaskan, pertumbuhan penjualan industri semen itu sangat dipengaruhi untuk kategori penjualan ritel. Sebab untuk konsumsi semen domestik ritel mencapai 70% dari total penjualan.
Johanna menerangkan, para pelaku melihat adanya penurunan permintaan lantaran lesunya pembangunan rumah. Pembangunan rumah ini juga menjadi salah satu tolak ukur untuk pertumbuhan ekonomi.
"Karena kalau dari sisi pembangunan rumah ritel kurang juga, kurang permintaan semennya. Jadi orang enggak bangun lagi. Itu faktor utama yang kita rasakan," tegasnya.
Untuk Semen Indonesia sendiri dia tidak menjelaskan secara rinci target perusahaan. Namun dia menekankan bahwa pertumbuhan penjualan Semen Indonesia akan selaras dengan industri. Saat ini pangsa pasar Semen Indonesia di domestik mencapai 53%.
Di sepanjang semester I-2019 ini, pendapatan Semen Indonesia Group tumbuh sebesar 22,9%, dari Rp 13,3 triliun menjadi Rp 16,35 triliun.
(das/eds)