China Serang Balik Trump, Barang AS US$ 75 Miliar Kena Tarif Baru

China Serang Balik Trump, Barang AS US$ 75 Miliar Kena Tarif Baru

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Sabtu, 24 Agu 2019 08:15 WIB
Pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping/Foto: Reuters
Jakarta - Ketegangan dagang yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan China makin panas. China akan mengenakan tarif bea masuk kepada barang-barang impor asal AS senilai US$ 75 miliar, dan juga mematok tarif tambahan sebesar 10% dari ketentuan yang sudah berlaku untuk setiap barang yang masuk.

Produk AS yang akan dikenakan tarif tambahan oleh China adalah produk pertanian seperti kedelai, minyak mentah dan pesawat kecil. Tak tanggung-tanggung China juga akan mengenakan tarif untuk mobil dan suku cadang dari AS.

Mengutip Reuters, serangan ini diberikan karena AS kembali mengenakan tarif masuk tambahan senilai US$ 300 miliar untuk barang asal China untuk barang elektronik yang akan berlaku dua tahap pada 1 September dan 15 Desember 2019.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Keputusan China untuk menerapkan tarif tambahan ini karena dipaksa oleh unilateralisme dan proteksionisme AS," tulis keterangan resmi Kementerian Perdagangan China. Sama dengan AS, tambahan tarif tersebut juga akan berlaku pada 1 September dan 15 Desember tahun ini.

Pihak White House dan kantor dagang AS belum menanggapi terkait serangan balik China soal tarif bea masuk ini.

Sebelumnya kedua belah pihak sudah bertemu dan berdiskusi terkait ketegangan dagang ini pada awal Agustus. Namun kedua negara sepertinya tak siap berkompromi untuk mengambil keputusan damai.

Ketegangan yang makin berlarut-larut ini telah memicu gejolak perekonomian global. Kemudian mengganggu kepercayaan investor dan mendorong bank sentral di seluruh dunia untuk melonggarkan kebijakan dalam beberapa bulan terakhir.


Saham di Amerika Serikat (AS) berjatuhan saat ada pemberitaan terkait serangan balik China terkait tarif ini.

Dalam sebuah wawancara di CNBC, Presiden Federal Reserve Bank Cleveland Loretta Mester mengungkapkan tarif yang diberikan China ini hanya sebagai lanjutan dari ketidakpastian kebijakan dagang yang makin membebani investasi dan sentimen bisnis AS.


(kil/hns)

Hide Ads