Sri Mulyani mengatakan kondisi global saat ini masih mengalami ketidakpastian. Salah satunya gejolak perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
"Manufaktur global turun masuk ke dalam posisi melemah. Kemudian kalau lihat proyeksi ekonomi yang sudah terlihat dalam tiga kali revisi dan semuanya revisi ke bawah," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA di Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (26/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari sisi sumber risiko global yang makin meluas terlihat dari ketidakpastian pengambilan kebijakan ekonomi global. Sekarang RRT sampaikan hal yang keras mereka perhitungkan hubungan dengan AS memburuk," katanya.
Dia menjelaskan, perang dagang tersebut membuat harga komoditas ikut menurun. Sejumlah negara pun akhirnya menurunkan suku bunga acuannya.
"Respons global dari sisi moneter menurunkan suku bunga paling tidak The Fed turunkan dan hantaman dari Trump penurunan kurang cepat dan kurang drastis. Ini kita harapkan berikan space kepada dunia usaha untuk bisa tetap menjaga momentum dalam negeri," jelasnya.
"Volatilitas gejolak global ditransmisikan berbagai indikator terutama Dow Jones, treasury dolar AS 10 tahun terus mengalami penurunan indikator reliable prediksi resesi di AS selama 50 tahun terakhir mengikuti US$ bonds 10 tahun dikaitkan jangka lebih pendek," tutupnya.
(fdl/fdl)