Dia mengatakan, perang dagang membuat ekspor yang dilakukan Indonesia akan mengalami tekanan, sehingga tak bisa bergantung padanya. Ada tiga hal yang perlu digenjot di tengah menurunnya ekspor.
"Untuk itu kita perlu memastikan bagaimana permintaan domestik, investasi, pengeluaran konsumsi pemerintah bisa cukup kuat di tengah tekanan ini dan kontraksi pada ekspor," kata Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu di Kantor Kementerian Keuangan, Rabu (28/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
AS dan China, lanjut Sri Mulyani makin intens melakukan perang tarif. Kedua negara balas-membalas untuk menaikkan tarif barang yang masuk dari masing-masing negara.
"Apa artinya bagi Indonesia dalam kebijakan ekonomi terbuka ini? Kondisi ini akan mempengaruhi ekonomi kita, yaitu pertama dari transformasi pergerakan kondisi ekonomi global dan perdagangan yang akan berpengaruh ke ekspor kita," jelasnya.
Menurutnya, kondisi tersebut membuat banyak pihak pesimis terhadap pertumbuhan ekonomi dunia. Untuk itu pihaknya menyiapkan strategi yang mampu meredam gejolak tersebut.
"Untuk itu kita perlu melihat hasil studi pembangunan agar Indonesia bisa tetap berjalan untuk tumbuh dengan baik. Kami meresponsnya dengan seberapa bisa kami membangun fundamental ekonomi yang kuat dari sisi domestik," tambahnya.
(toy/dna)