Miris! Ini Alasan Investor Pilih Vietnam Ketimbang Indonesia

Round-Up 5 Berita Terpopuler

Miris! Ini Alasan Investor Pilih Vietnam Ketimbang Indonesia

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 05 Sep 2019 21:00 WIB
Miris! Ini Alasan Investor Pilih Vietnam Ketimbang Indonesia
Kota Ho Chi Minh-VietnamFoto: (Adhit Pratama/d'Traveler)
Jakarta - Berita terpopuler detikFinance Kamis (5/9/2019) masih soal 33 perusahaan angkat kaki dari China, tapi tak satu pun melirik Indonesia. Kali ini soal alasan investor lebih memilih Vietnam ketimbang Indonesia.

Menurut Ketua Komite bidang Kerja sama Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam Kadin Indonesia Juan Gondokusumo, ada beberapa kelebihan Vietnam, yang menjadi faktor penarik investor. Lantas, apa saja kelebihan Vietnam yang faktor penarik investor?

Seberapa besar daya tarik Vietnam hingga mampu menarik rombongan investor yang cabut dari China? Baca informasi selengkapnya dalam 5 berita detikFinance terpopuler berikut ini:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Presiden Joko Widodo (Jokowi) kesal. Pria yang akrab disapa Jokowi ini kecewa gara-gara Indonesia belum optimal menjaring investasi.

Dampak perang dagang dengan Amerika Serikat (AS), banyak perusahaan China yang melakukan relokasi kegiatan operasionalnya. Perusahaan-perusahaan ini malah masuk ke Vietnam, Malaysia, Kamboja, dan Thailand, tidak satu pun ke Indonesia.

"Dari investor-investor yang kita temui, dan catatan yang disampaikan Bank Dunia kepada kita, dua bulan yang lalu ada 33 perusahaan di Tiongkok keluar, 23 memilih Vietnam, 10 lainnya pergi ke Malaysia, Thailand, Kamboja. Nggak ada yang ke kita," tegas Jokowi di depan para menteri Kabinet Kerja kala membuka rapat terbatas yang membahas perkembangan perekonomian dunia, Rabu (4/9/2019).

Dipilihnya Vietnam bukan tanpa alasan. Negara ini dinilai memiliki keunggulan dibanding Indonesia dalam menarik minat relokasi dari China.

Ketua Komite bidang Kerja sama Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam Kadin Indonesia Juan Gondokusumo juga mengakui kelebihan yang dimiliki Vietnam dan Kamboja sampai Malaysia sehingga pengusaha China mau berinvestasi atau merelokasi perusahaannya di sana.

"Ini lebih keamanan dan stabilitas yang diterapkan di situ, lebih merasa nyaman bagi investor," kata Juan kepada CNBC Indonesia, Rabu (4/9/2019).

Ia menjelaskan, kondisi aman dapat dilihat dari tidak adanya demonstrasi para pekerja di sana. Keadaan ini berbanding terbalik dengan Indonesia, buruh kerap melancarkan demonstrasi, terutama soal kenaikan upah setiap menjelang akhir tahun.

"Di situ nggak mungkin ada demonstrasi. Jadi itu stabil. Lalu produktivitas mereka lebih tinggi dari kita," ucapnya.

Baca selengkapnya di sini: Sedih, Ini Alasan Investor Lebih Pilih Malaysia dan Vietnam Daripada RI

Presiden Joko Widodo (Jokowi) kesal. Lantaran, 33 perusahaan yang keluar dari China tak satu pun masuk ke Indonesia. Parahnya, dari 33 perusahaan itu mayoritas atau sebanyak 23 perusahaan lari ke Vietnam.

Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Husen Maulana buka suara mengenai hal tersebut. Menurutnya, alasan utama investor lebih memilih Vietnam karena perolehan lahan yang mudah.

Dia menjelaskan, Vietnam menganut sistem pemerintahan sosialis yang dulunya menganut paham komunis. Sehingga, lahan dikuasai oleh negara. Jadi, investor yang butuh lahan dengan cepat dipenuhi oleh negara.

"Karena pemerintahnya berbeda dengan sistem pemerintahan di kita. Di sana sosialis komunis sehingga pemerintah dengan mudah menyediakan lahan, bahkan bisa saja lahan bisa gratis kali ya," katanya kepada detikcom, Kamis (5/9/2019).

Dia menjelaskan, hal ini berbeda dengan Indonesia. Di Indonesia, untuk mendapat lahan terbilang prosesnya panjang. Bahkan, investor pun sulit saat membeli lahan tersebut.

"Iya menurut saya utama lahan, apa kata pemerintah pusat (Vietnam) pasti dilaksanakan pemerintah daerah. Yang utama bagi pabrik lahan, pemerintah sudah siapkan, perizinan dipermudah mereka lari ke sana. Di kita cukup susah, mereka mau beli prosesnya lumayan susah. Kalau di Vietnam mungkin disediakan semua," paparnya.

Baca selengkapnya di sini: Vietnam Dulunya Komunis, Sekarang Jadi Favorit Investor Daripada RI

Mungkin sebagian orang sudah lupa dengan nama Rudy Ramli. Dia adalah mantan bos Bank Bali yang perusahaannya dilucuti hingga akhirnya melebur menjadi Bank Permata.

Setelah 20 tahun berlalu semenjak kasus Bank Bali booming, kini Rudy muncul lagi ke publik, dalam misi untuk mencari keadilan baginya.

Nama Bank Bali ramai diperbincangkan saat kasus skandal hak tagih piutang (cessie) yang membuat Rudy sempat mencicipi hotel prodeo. Kasus itu melibatkan PT Era Giat Prima (EGP), perusahaan milik Setya Novanto dan Djoko Tjandra yang ditunjuk untuk menagih utang itu.

Singkat cerita, proses penagihan itu berbelit hingga akhirnya muncul skandal cessie.

Tapi misi yang dijalankan Rudy saat ini bukan terkait kasus itu. Ada konspirasi lain yang membuat dirinya harus merelakan bank milik keluarganya itu. Konspirasi itu melibatkan Standard Chartered Bank.

Baca selengkapnya di sini: 20 Tahun Berdiam Diri, Eks Bos Bank Bali Cari Keadilan

Kecelakaan maut kembali terjadi di Tol Cipularang. Kecelakaan yang terjadi beberapa hari lalu disebabkan oleh truk yang kelebihan muatan alias truk obesitas.

Atas kejadian ini, polisi kemudian menetapkan dua aopir truk sebagai tersangka. Lantaran, kecelakaan itu dipicu oleh truk yang membawa muatan lebih dari tiga kali lipat.

"Dua tersangka ini membawa material tanah melebihi batas muatan yang seharusnya. Seharusnya mengangkut muatan seberat 12 ton, ternyata membawa 37 ton, jadi kelebihan 25 ton atau tiga kali lipat," kata Kapolres Purwakarta AKBP Matrius di Mapolres Purwakarta, Rabu (4/9/2019).

Tentu saja hal ini patut dikulik, terutama terkait latar belakang truk kelebihan muatan yang bisa beroperasi di tol. Simak berita selengkapnya dirangkum.

Baca selengkapnya di sini: Truk Obesitas Picu Kecelakaan Maut di Tol Cipularang

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus mempercepat pengerjaan proyek tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) di Jawa Barat. Sebab, tol ini nantinya akan mempermudah dan mempercepat masyarakat menuju Bandara Kertajati di Majalengka.

Tol yang memiliki total panjang sekitar 60,47 km ini terdiri dari enam seksi dan dikerjakan oleh banyak perusahaan. Seperti seksi 1 dan 2 dikerjakan oleh pemerintah yang bekerja sama dengan perusahaan asal China. Total investasi jalan tol ini sekitar Rp 8,41 triliun.

"Target kami 2020 bisa selesai dengan catatan pembebasan lahan bisa selesai," kata Kasatker Pelaksanaan Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR Yusrizal Kurniawan, Kamis (5/9/2019).

Yusrizal mengatakan, proyek tol Cisumdawu masih terhalang oleh permasalahan lama, yaitu pembebasan lahan. Lalu bagaimana progres terkini proyek tol yang sudah dibangun sejak 2012 ini?

Baca selengkapnya di sini: Mengintip Progres Tol Cisumdawu, 'Penyambung Hidup' Kertajati

Hide Ads