Ialah Zhang Yong pria berusia 49, yang kini menjalankan jaringan restoran dengan 466 lokasi di seluruh dunia.
Mengutip CNBC, Selasa (10/9/2019), masa muda Zhang kurang menyenangkan, ia tak pernah sama sekali mencicipi makanan di restoran. Namun kini ia menjadi juragan restoran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jadi restoran hanya menyajikan kaldu panas untuk memasak berbagai daging, sayuran dan mie. Tahun lalu, jaringan restoran yang berbasis di Beijing ini berhasil meraup omzet hingga US$ 1,6 miliar. Kemudian jaringan restoran ini memutuskan untuk go public dan melakukan IPO dengan raupan dana US$ 12 miliar (Rp 168 miliar.
Berdasarkan data Forbes per tanggal 9 September 2019, kekayaan Zhang mencapai US$ 15,9 miliar (Rp 226,6 triliun).
Bisnis Zhang dimulai saat ia berusia awal 20an, ia waktu itu berhenti sebagai buruh pabrik traktor di Jianyang. Kemudian ia membuka sebuah rumah makan hanya dengan empat meja pada tahun 1994.
Zhang hanya modal nekat, karena ia juga tak memiliki keterampilan memasak. Namun ia punya cara lain untuk menarik pelanggan yakni memberikan layanan manikur dan semir sepatu gratis sembari pelanggannya menunggu meja kosong.
Kemudian jika ada pelanggan yang memesan mie, maka karyawan akan memperlihatkan demo membuat mie yang cukup menghibur. Dia menyadari, pelayanan yang baik merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah usaha.
"Saya dari desa, di mana orang desa percaya jika anda mengambil uang dari orang lain dan anda tidak ada manfaatnya bagi mereka, maka anda adalah pembohong," ujar Zhang.
Makanan di restoran Zhang kini sudah dikonsumsi oleh pelanggan di China. Kini Ha Di Lao akan berekspansi di Hong Kong dan Taiwan. Kemudian, Zhang juga membuka di pasar Amerika Serikat (AS) yakni Los Angeles. Lalu membidik Singapura, Australia, Korea Selatan dan Jepang.
Sebagai pimpinan, Zhang juga merasa kesuksesan perusahaannya tak lepas dari peran para pegawainya. Ia memberikan bonus kepada karyawan seperti manajer sebesar 3% dari keuntungan restoran. Hal ini dilakukan sebagai motivasi ekstra agar manajer bisa melampaui target.
Zhang juga gemar memberikan penghargaan kepada karyawan yang memberikan ide-ide anti mainstream di seluruh outlet Hai Di Lao. Misalnya, waktu itu ada karyawan yang memiliki ide untuk memberi pelanggan kantong plastik untuk penyimpanan ponsel agar tak jatuh ke dalam kaldu mendidih.
Kemudian karyawan juga memiliki ide untuk memberi ikat rambut kepada pelanggan agar tak terkena kuah kaldu. "Jika anda ingin dapat kreativitas maksimal, anda harus membiarkan pekerja menciptakan dan berkreasi," jelas dia.
(kil/ang)