"Pertama saya kumpulkan dulu limbah kayu dari perusahaan mebel, lalu memikirkan untuk membuat miniatur apa. Saya buat desainnya dulu," ujar Puji saat ditemui di bengkelnya, belum lama ini.
Puji mengaku untuk membuat miniatur kapal yang berjaya di Nusantara itu memang agak rumit. Selain harus membuat badan kapal, ia juga harus mendesain layar dan tali temalinya dengan seksama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Untuk bagian layar, ia membuatnya dari daun pisang yang telah dikeringkan. Lalu memotongnya sesuai dengan bentuk asli layar kapal pinisi. Rata-rata, ia menghabiskan waktu tiga minggu perkapalnya.
"Pembuatannya cukup sulit karena bahanya yang kecil dan tipis dengan ukuran 5 milimeter," ujar Puji yang mengerjakan kapal dengan peralatan konvensional itu.
Dengan menggunakan penjualan berbasis daring, ia memasarkan produknya ke berbagai wilayah di Jawa. Untuk setiap kapal pinisi sepanjang 1,2 meter dan 70 centimeter itu, ia banderol dengan harga Rp 1,5 juta.
"Paling banyak pesanan dari daerah Bekasi, Karawang dan yang paling jauh ke daerah Jawa Tengah seperti Pemalang. Alhamdulillah kalau dijadikan bisnis banyak pemesanan," ujarnya.
![]() |
Puji juga membuat miniatur alat musik seperti gitar dan biola. Kemudian perlengkapan rumah seperti cup lampu dan dokar. "Ada juga ukurannya yang lebih kecil harganya mulai Rp 500 ribu, Rp 600 ribu hingga Rp 1,5 juta," ujarnya.
Hingga saat ini, ia mengerjakan miniatur seorang diri. "Paling kendalanya peralatan, saya masih menggunakan alat menual belum alat canggih karena saya terkendala biaya untuk membeli alat yang canggih," kata Puji. (hns/hns)