Pensiun Melaut, Rasudin Pilih Buka Usaha Pengolahan Kelapa

Pensiun Melaut, Rasudin Pilih Buka Usaha Pengolahan Kelapa

Uji Sukma Medianti - detikFinance
Senin, 23 Sep 2019 12:30 WIB
Foto: Rifkianto Nugroho
Simeulue - Dalam menjalankan ekonomi kerakyatan, pemerintah melalui bank pelat merah punya program kredit usaha rakyat (KUR). Seperti yang ada di Kabupaten Simeulue, Provinsi Aceh.

Selain untuk sektor perikanan, masyarakat Simeulue juga memanfaatkan KUR untuk kredit di sektor perkebunan.

Kepala Unit Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kota Sinabang, Kabupaten Simeulue Deny Syahputra menuturkan salah satu sektor yang menjanjikan di Simeulue adalah perkebunan. Selain terkenal karena cengkehnya, Simeulue juga menghasilkan kelapa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



"Di sini ada (KUR) perkebunan kelapa, di sini bagus. Karena nasabah BRI yang kelapa ini langsung jual ke pabriknya. Kedua cengkeh, lancar juga. Karena mungkin panennya setahun sekali kan," terangnya saat ditemui detikcom.

Dalam program Tapal Batas edisi Sinabang, detikcom berkesempatan langsung untuk menemui nasabah KUR BRI Sinabang bernama Rasudin. Pria berusia 55 tahun ini mengaku sudah memiliki usaha pengolahan kelapa sejak 10 tahun lalu.

Ia membeli kelapa dari pohon-pohon milik warga, kemudian di usaha rumahan miliknya ia membayar karyawan untuk mengolahnya.

Usaha Pengolahan Kelapa RumahanUsaha Pengolahan Kelapa Rumahan Foto: Rifkianto Nugroho


Mulai dari batoknya, sabutnya, hingga santannya. Rasudin menjualnya ke dua pabrik di Kabupaten Simeulue. Satu pabrik VCO dan satunya lagi ke pabrik tepung.

"Sejak sembilan tahun lalu berkurang sekitar 50%. Dulu bahan baku lebih, jadi sebenarnya pabrik di Aceh hanya ada dua. Satu VCO dan tepung. Kelapa saya lebih ke tepung meski kecil. Tergantung pabriknya yang mana," tuturnya.

Sebelum memulai usaha pengolahan kelapa, Rasudin tadinya adalah seorang pelaut. Penghasilan dari melaut sangat besar. Namun, ia lebih memilih banting setir sebagai pengusaha.

"Dulu waktu melaut harga teripang saja bisa jutaan per kilogram. Tapi seperti pegang garam saja uangnya habis," ungkapnya.



Akhirnya, ia meminjam KUR senilai Rp 20 juta. Saat itu uangnya ia pergunakan untuk membeli lahan. "Pertama kali pinjam Rp 20 juta, alhamdulillah lancar dan sudah bertambah nilainya. Meski namanya usaha pasti ada pasang surutnya," kata Rasudin.

Meski ia tak mau menyebut berapa keuntungan yang diperolehnya dari hasil pengolahan kelapa ini, Rasudin mengaku kini sudah punya sekitar 80 pegawai. Namun, statusnya bukanlah pegawai tetap seperti di pabrik.

"Di sini yang bekerja ibu-ibu saja, untuk mengolah. Ya kalau di rumah ada 20 orang lah yang bantu kan. Nanti yang angkut sama nyari kelapanya beda lagi," ungkapnya.

Meski ia mengaku saat ini usahanya masih merintis namun ia bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga ke perguruan tinggi.

"Ya Alhamdulillah dari usaha ini anak saya dua, yang satu sudah kuliah dia di Banda Aceh nah yang satu lagi masih SMK (sekolah menengah kejuruan) baru naik kelas tiga," tuturnya.

detikcom bersama Bank BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!


(ujm/ujm)

Hide Ads