Ummu sendiri menjual lampion handmade di Kendal, Jawa Tengah. Bisnisnya dimulai di tahun 2014 kala ia bergabung dalam komunitas UMKM. Dalam komunitas itu, ia bekerja sama dengan temannya. Namun, sang teman tak dapat melanjutkan sehingga ia meneruskan bisnis tersebut sendiri.
"Awal mulanya tahun 2014 itu saya join-an gabung di komunitas tapi habis itu teman nggak bisa. Ya sudah terusin sendiri," kata dia kepada detikcom, seperti ditulis Sabtu (29/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Otodidak sendiri dari Google. Saya kan memang awalnya jualan dulu kotak tisu lah dari flanel terus bosen, iseng ingin yang lain akhirnya ketemu lampion dengan kain flanel," papar dia.
![]() |
Saat memulai bisnis lampion itu, Ummu mengaku hanya mengeluarkan uang sebanyak Rp 200.000. Uang tersebut ia peroleh dari kantong pribadi dan seorang temannya. "Itu untuk semua biaya packing plastik dan perintilannya," terang dia.
Cuma dari modal ratusan ribu, Ummu kini bisa mengantongi omzet hingga Rp 7 juta per bulan. Angka tersebut ia peroleh dari penjualan lampion berharga Rp 55.000-80.000. Lampion yang ia jual ada tiga jenis, yakni kaligrafi, bola, dan karakter yang masing-masing harganya bervariasi.
Meski sudah terbilang sukses dari keisengannya, bukan berarti tak ada tantangan yang dihadapi oleh Ummu. Ia mengaku, saat menjalani bisnis banyak cemoohan dari teman hingga keluarga atas bisnis yang ia kerjakan.
Namun, tak pantang arah ia mencoba tak mendengarkan cemoohan tersebut dan hanya ingin membuktikan kesuksesan dari usahanya. Dia pun berpesan agar siapapun yang ingin menjalani bisnis harus pantang menyerah agar bisa berhasil.
"Sebenarnya ada omongan-omongan tapi kalau nurutin omongan, dengerin itu nggak maju-maju. Itu ada teman, ada keluarga juga tapi kan mereka nggak ngerasain yang penting saya bisa dan suka," ungkap dia.
Nah, jika tertarik membeli lampion milik Ummu, Anda dapat melihatnya di Instagram @wachid_griyalampion.
(fdl/fdl)