Meskipun Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menggenjot pembangunan infrastruktur selama lima tahun terakhir, nyatanya kata Lembong Indonesia masih mengalami defisit infrastruktur.
"Meskipun kita sudah banyak membangun infrastruktur dalam periode pertama Pak Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla, defisit infrastruktur yang melanda negara kita masih sangat besar sekali," kata dia di Kantor BKPM, Jakarta, Senin (7/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau dilihat dari posisi pesaing kita, dibandingkan negara-negara tetangga kita, masih belum sepenuhnya mengejar ketertinggalan misalnya dibandingkan Malaysia, Thailand, dan Vietnam," jelasnya.
Lembong menyatakan bahwa meskipun Indonesia berlari kencang untuk membangun infrastruktur, negara-negara pesaing pun tidak diam saja. Mereka juga terus menggenjot pembangunan infrastruktur di negaranya.
"Soal defisit infrastruktur kita, meskipun kita lari kencang dan kerja keras untuk terus membangun infrastruktur, negara tetangga, negara saingan kita kan tidak berdiri diam, mereka juga lari kencang, mereka juga gencar mengembangkan infrastruktur," ujarnya.
Dia mencontohkan, saat ini Thailand sedang menggarap proyek Eastern Economic Corridor, di mana yang menjadi tulang punggungnya adalah high-speed railway line atau jalur kereta cepat senilai US$ 33 miliar. Jalur kereta cepat tersebut akan menyambungkan dari selatan Thailand sampai masuk ke Tiongkok.
Oleh karena itu, meskipun lima tahun ke depan Indonesia akan fokus mengembangkan sumber daya manusia, pembangunan infrastruktur juga tidak boleh dikesampingkan.
"Program infrastruktur harus, bukan hanya jalan tol, kalau bisa diakselerasi lebih cepat dan lebih banyak lagi," tambahnya.
(toy/eds)