Jelang Pelantikan Jokowi, Neraca Dagang RI Masih Tekor US$ 1,95 M

Jelang Pelantikan Jokowi, Neraca Dagang RI Masih Tekor US$ 1,95 M

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 15 Okt 2019 11:46 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia di September 2019 mengalami tekor alias defisit tipis, yaitu sebesar US$ 160 juta. Sepanjang Januari-September tahun ini pun neraca dagang masih tekor US$ 1,95 miliar.

"Defisit ini masih jauh lebih rendah. Defisitnya cenderung menipis," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (15/10/2019).

Tingginya impor dari China membuat neraca dagang RI dengan Negeri Tirai Bambu itu tekor paling besar. Nilai tekornya hingga US$ 13,9 miliar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dengan Australia defisit US$ 1,9 miliar. Thailand defisit menipis dibanding tahun lalu US$ 2,9 miliar," ujarnya.

Meski demikian, kata Suhariyanto, Indonesia masih mengalami surplus dagang dengan beberapa negara. Misalnya Amerika Serikat (AS), India, dan Belanda.

"Ada beberapa negara yang neraca perdagangannya surplus Januari 2019. Dengan AS US$ 6,9 miliar, dengan India US$ 5,4 miliar, Belanda US$ 1,6 miliar," katanya.


Laporan neraca dagang dari BPS ini menjadi yang terakhir di periode I Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden RI. Laporan neraca dagang berikutnya akan disampaikan pada Periode II Presiden Jokowi.

Jokowi akan dilantik kembali menjadi presiden untuk kedua kalinya pada Minggu 20 Oktober 2019.

Berikut data neraca perdagangan RI selama 2019:
  • Januari: defisit US$ 756 juta
  • Februari: defisit US$ 52,9 juta
  • Maret: surplus US$ 1,12 miliar
  • April: defisit US$ 1,63 miliar
  • Mei: defisit US$ 1,52 miliar
  • Juni: surplus US$ 1,74 miliar
  • Juli: defisit US$ 2,03 miliar
  • Agustus: defisit US$ 1,02 miliar
  • September: defisit US$ 160 juta




(ang/eds)

Hide Ads