Resign dari Kemenkeu, Pria Ini Gagas Kampung Marketer di Purbalingga

Resign dari Kemenkeu, Pria Ini Gagas Kampung Marketer di Purbalingga

Yakob Arfin - detikFinance
Jumat, 18 Okt 2019 11:30 WIB
Foto: istimewa
Jakarta - Salah satu persoalan masyarakat di perdesaan adalah tingginya laju urbanisasi dan pengangguran. Pemuda-pemuda desa meninggalkan kampung halamannya dan hijrah ke kota untuk mengadu nasib dan memperoleh pekerjaan. Sementara para pemudi tetap tinggal di desa dengan dua pilihan, bekerja sebagai buruh atau nikah muda.

Permasalahan sosial inilah yang menggelisahkan benak Nofi Bayu Darmawan, penggagas Kampung Marketer yang ingin mengentaskan ratusan pengangguran di kampung halamannya yakni Desa Tunjungmuli, Kecamatan Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga.

Kegelisahan ini pula yang mendorongnya untuk mempersiapkan diri bertahun-tahun mengambil keputusan penting dalam hidupnya yaitu resign dari Kementerian Keuangan, untuk kembali ke desa membangun dari nol untuk melakukan sebuah perubahan sosial. Melalui pendidikan dan pelatihan di bidang teknologi inilah langkahnya membangun desa dimulai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kampung Marketer adalah sebuah program sebuah sosial enterprise untuk mendidik, melatih dan memberdayakan pemuda desa di bidang teknologi agar pemuda desa tidak menganggur dan tidak merantau," kata Nofi kepada detikcom, Jum'at (18/10/2019).


Namun sebelum mewujudkan impiannya untuk kembali ke desa dan membangun desanya, hal yang perlu ia siapkan lebih dahulu adalah kesiapan orang tuanya atas salah satu keputusan penting dalam hidupnya yaitu resign dari pekerjaannya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementerian Keuangan.

"Saya persiapkan bertahun-tahun untuk meyakinkan orang tua. Tentu awalnya mereka kuatir, tidak percaya dan sebagainya. Tapi dalam beberapa waktu saya berusaha meyakinkan mereka dengan pembuktian-pembuktian sampai akhirnya mereka yakin dan percaya dengan saya," ungkap Nofi.

Kegelisahan Nofi dipicu melihat fakta sosial di desanya yang menganggur, masih banyak yang merantau dan tidak dapat menikmati ilmu yang ia dapat.


"Jadi sekarang saya berprinsip lebih baik saya menyibukkan diri di desa karena masih banyak orang-orang desa yang perlu saya bantu. Itu yang akhirnya membuat saya pingin banget balik ke desa," tuturnya.

Nofi menyadari bahwa setelah keputusannya resign pada awal tahun 2017 dan kembali ke kampung halaman, modal yang ia miliki hanyalah ilmu. Hanya dengan modal ilmu tersebut yang terbersit dalam benaknya hanyalah mengajar dan berbagi pengetahuan kepada pemuda-pemuda desa.

"Karena yang dipunyai hanya ilmu, biasanya yang terbersit dalam pemikiran seseorang kalau memiliki ilmu pasti inginnya ngajarin, ngajarin, nagjarin, ngajarin dan ngajarin. Bikin training bikin, bikin training dan bikin training," jelasnya.

Dengan modal dana pribadi, akhirnya Nofi membuat training setiap minggunya secara gratis. Tak hanya training, Nofi pun menyediakan makanan dan minuman ringan kepada peserta yang nota bene adalah pemuda-pemuda di desanya.

Sampai pada waktu titik jenuh, Nofi mengevaluasi bahwasanya ternyata orang-orang desa tidak semuanya bermental entrepreneur (bermental pengusaha).
Nofi kemudian mengubah langkah yang semula berkonsep pelatihan entrepreneur digital saja, rupanya tak efektif di mana yang berhasil hanya satu atau dua orang saja. Sejak itu ia memulai konsep baru dan memberi nama kegiatan yang ia lakukan dengan nama "Kampung Marketer."

"Makanya saya beri namanya Kampung Marketer, jadi ada kurikulum yang jelas, ada pengajarnya. Setelah lulus diklat pun dibantu dalam program pemberdayaan terlebih dahulu untuk mengisi skill kompetensi di bidang IT, lalu setelah skillnya jago, kapan pun mereka bisa mandiri," kata Nofi.

Awal mula ia membangun Kampung Marketer adalah melibatkan orang-orang yang ada di sekitar kampungnya. Siapa pun yang punya satu visi dan butuh pendapatan akan ia libatkan untuk membantu.

"Setelah terjadi kecocokan, saya angkat dia jadi pengurus. Awalnya sih seperti itu. Dan seiring berjalannya waktu, saya menemukan bakat-bakat terpendm dari pemuda-pemuda desa ini," katanya

Sementara itu di sisi lain, tak serta merta masyarakat di desanya merespon dengan baik atas gagasannya membangun Kampung Marketer. Bahkan untuk mengedukasi orang-orang di desanya tentang hal tersebut, ia menebarkan flyer-flyer.

"Saya taruh flyer-flyer di warung, di mana-mana. Hal ini dilakukan karena saking nggak taunya mereka terhadap Kampung Marketer," ungkapnya.

Tapi sekarang sudah berbeda cerita dan tidak perlu menggunakan flyer. Kini setiap hari selalu ada yang mendaftarkan diri di Kampung Marketer karena mereka dengar cerita dari orang satu ke orang yang lain. Nofi menilai, bahwa metode paling efektif di desa yakni dengan metode story telling.

"Jadi ketika ada berita yang bagus, ada cerita yang bagus, cerita yang mengesankan dan yang inspiratif dari anak-anak desa yang sudah kita berdayakan, maka otomatis menyebar dan menjadi motvasi anak-anak muda yang lain. Misalkan saja ya, ada yang pendapatannya itu tinggi banget nih. Jadi ya itu bisa jadi pembicaraan satu desa," paparnya.

Melalui Kampung Marketer, Nofi membekali pemuda-pemuda desa dengan memberikan pemahaman dan pelatihan digital marketing, riset produk dan copy writing, Facebook dan Instagram ads, membangun tim dan KPI, hingga financial literacy.

Nofi melihat apa yang ia lakukan di Kampung Marketer ibarat ia sedang memoles, memahat batu dan memahat patung. Dari pemuda-pemuda desa yang tidak paham mengenai dunia digital dan marketing hingga akhirnya menjadi SDM yang unggul dan sesuai ekspektasi mitra-mitra UMKM yang bekerja sama dengan Kampung Marketer. Pemuda-pemuda desa yang telah mengikuti diklat di Kampung Marketer akan terserap dalam UKM.

Hampir semua segmen dan berbagai jenis UMKM mulai dari produk fashion, skin care, properti, franchise, jasa, dan berbagai ragam bisnis lainnya, telah bermitra dengan Kampung Marketer

"Sekarang sudah ada lebih dari 230 UMKM yang berkolaborasi dengan Kampung Marketer, dengan lebih dari 700 pemuda yang kami didik dan berdayakan," ungkapnya.


Ia berharap semakin banyak tercipta SDM desa yang unggul, di mana mereka digadang-gadang akan menjadi pemimpin masa depan. Ia yakin bahwasanya dari Kampung Marketer dapat melahirkan pemimpin-pemimpin masa depan yang ahli di bidang teknologi.Semakin banyak pemuda yang jadi pelopor untuk menggerakkan dan memberdayakan dengan berbagai inovasi dengan kemampuan mereka dalam hal teknologi.

Kini apa yang ia geluti di Kampung Marketer berbuah manis dan melahirkan SDM pemuda-pemuda desa yang berdaya dan berkapasitas. Berkat kiprah yang ia lakukan di lapangan inilah yang akhirnya mengantarkan Nofi Bayu Darmawan menjadi kampiun terbaik dari kategori sosial dalam Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2019.

Nofi berharap lima sampai sepuluh tahun ke depan akan membuat beberapa sosial enterprise. Saat ini sudah ada tiga sosial enterprise. Kampung marketer fokus pada anak muda, kemudian berikutnya fokus pada pemberdayaan orang tua. Dan berikutnya adalah social enterprise yang fokus untuk orang dengan keterbatasan yaitu miskin, difabel, dan yatim piatu.

"Dan tentu semuanya berbekal kolaborasi antara desa dan teknologi. Lima sampai sepuluh tahun ke depan kami ingin melipat gandakan kebermanfaatan ini dan lebih banyak orang yang merasakan dari berbagai kalangan," tutupnya.


(ega/hns)

Hide Ads