Diseterum PLN, Cold Storage Natuna Maksimal Tampung Ikan Ekspor

Diseterum PLN, Cold Storage Natuna Maksimal Tampung Ikan Ekspor

Advertorial - detikFinance
Minggu, 27 Okt 2019 06:00 WIB
Cold Storage Natuna (Foto: Agung Pambudhy)
Jakarta - Pagi itu aktivitas Integreted Coldstorage Natuna sudah sibuk. Para pekerja di gudang penyimpanan ikan ini mondar mandir membawa rak-rak penuh bungkusan ikan untuk dimasukan ke freezer yang berkapasitas ratusan ton dengan suhu hingga 5 derajat celcius.

Penanggng Jawab Usaha Unit Natuna Perum Perikanan Indonesia (Perindo) Roberto mengatakan cold storage tersebut telah dibangun Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 2015 dan beroperasi sejak 2016 .

"Cold storage ini menyerap hasil nelayan 8 ton ikan setiap hari dengan gudang pembekunya kapasitas terpasang total 2x100 ton, kapasitas produksi 150 ton, masing-masing ruangan 75 ton," jelas Roberto kepada detikcom beberapa waktu lalu di Selat Lampa, Natuna, Kepri.

Dia menjelaskan untuk dapat menyerap maksimal ikan hasil tangkapan nelayan, cold storage ini juga menempatkan check point. Sebab, ingin membantu nelayan untuk memangkas biaya. Namun tak menutup kemungkinan, cold storage yang memproduksi es ini juga, menjadi tempat setoran ikan dari nelayan.

Ikan hasil tangkapan nelayan ini lalu dikirim ke beberapa wilayah di Indonesia, termasuk ekspor ke luar negeri.

"Ikan kita kirim tiga tempat ya ke Kalimantan, Singapura, Malaysia dan Jakarta. Untuk ikan ekspor di sini belum tersedia bea cukai makanya biasanya melewati Jakarta, Batam atau Tanjung Pinang dahulu," jelasnya.

Adapun ikan-ikan yang diekspor meliputi ikan demersal atau ikan yang hidup di karang, seperti kakap merah, ikan kerapu, ikan tongkol, ikan layang. Selain itu ada cumi, sotong batu, hingga gurita.

"Ikan demersal hampir 40% ekspor ke China, Jepang, Korea atau negara Eropa," sebut dia.

Diseterum PLN, Cold Storage Natuna Maksimal Tampung Ikan Ekspor

Cold Storage Natuna (Foto: Agung Pambudhy)

Roberto menyadari kualitas dan kesegaran ikan ekspor ini dijaga di dalam ruang cold storage yang membutuhkan listrik bertenaga besar. Oleh karena itu, dia merasa bersyukur suplai listrik tersebut bisa disediakan PLN.

"Di 4 bulan pertama kita menggunakan genset, kadang mati bebannya juga lebih besar daripada menggunakan PLN. Jadi dari PLN ini membantu industri akan berdampak ke nelayannya karena kita menghitung beban operasional ketika bebannya besar tentu pembelian yang lain harus direndahkan karena mengejar profit dan margin," jelas Roberto.

Dia mengaku sewaktu menggunakan genset bisa menghabiskan solar hingga 10 ton liter yang jika dirupiahkan mencapai Rp 70 juta. Itu pun sering kali terkendala mati hidup. Sedangkan jika menggunakan PLN cold storage ini hanya mengeluarkan biaya Rp 35 juta atau 50% lebih hemat.

"Pogram pemerintah sudah cukup baik dan terasa bagi nelayan. Harapannya lahir industri baru memang Perindo BUMN yang menjadi starting awal sebagai pengembang daerah harapannya adalah kesejahteraan masyarakat. PLN cukup baik performanya bisa ditingkatkan lagi," tegas Roberto.

Wakil Bupati Natuna Ngesti Yuni Suprapti pun ikut mengapresiasi kinerja PLN sehingga mampu meningkatkan sektor perikanan di Natuna. Hadirnya listrik, menurutnya, memunculkan banyak cold storage baru.

"Dulu sangat sulit cold storage karena masyakat hanya menggunakan es batu untuk nelayan-nelayan ini. Kemudian setelah ada peningkatan listrik dengan daya listrik yang besar maka sudah mulai masyarakat sadar. Kami dari pemerintah pusat diberikan peluang untuk membangun cold storage yang ukuran kecil untuk menampung ikan di pasar," terang Ngesti.

Diseterum PLN, Cold Storage Natuna Maksimal Tampung Ikan Ekspor

Wakil Bupati Natuna Ngesti Yuni Suprapti (Foto: Dok Mustiana Lestari)

Dia mengatakan pemerintah daerah pun ikut menyiapkan cold storage yang dikelola perusahaan daerah. Cold storage bekerja sama dengan swasata ini berdiri di spot-spot nelayan berkumpul.

"Ada peningkatan di sektor perikanan namun tidak banyak persentasenya tapi rutin. Apalagi sudah ada Perindo yang ditugaskan menampung ikan di Natuna di cold storage mereka. Lalu tol laut membawa ikan itu ke tujuan. Dengan adanya Perindo masyarakat sudah mulai tenang karena tiap hari ada yang menampung dan bisa meningkatkan perekonomian," tandasnya.

Sementara itu, PLN menyatakan komitmennya untuk mendukung pertumbuhan cold storage dengan menambah pembangkit tenaga diesel dari 4000 kw di tahun 2018 ditambah menjadi 5.500 kw dengan rincian 5.000 kw di Pian Tengah dan 500 kw di Kelarek.

"PLN juga membuat ketiga sistem tadi yang tadinya terpisah jadi tersambung jadi sebuah sistem interkoneksi 20 kilo volt dengan lingkup jaringan 320 kilometer sirkuit. ternyata dari yang disiapkan PLN tidak disa-siakan, masyarakat telah memanfaatkan sejak tahun 2015 hingga 2019 sudah ada tambahan 6 cold storage, tempat pengolahan ikan," tandas Vice President Public Relation PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Dwi Suryo Abdullah.

Menurut Dwi Suryo, 7 cold storage yang ada di natuna mengonsumsi listrik hingga 2.938, 5 kVA dari kapasitas total 9500 kw dan beban puncak hingga 6300 kw.

"PLN terus komitmen akan melakukan pembangunan infrastruktur listrik agar masyarakat di pulau terdepan semakin membaik ekonominya, produksinya semakin meningkat dan harapannya meningkatkan kesejahteraan di pulau terdepan," sambungnya.

Selain tambahnya daya, PLN juga menghubungkan ketiga pembangkit dalam satu sistem interkoneksi 20 kV Natuna dan menambahkan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) hingga menjadi 320 kms , tinggal sekitar 40 kms lagi akan membentuk jaringan tertutup (Loop).

Detikcom bersama PLN mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur listrik, perekonomian, pendidikan, pertahanan dan keamanan, hingga budaya serta pariwisata di beberapa wilayah terdepan.

Ikuti terus berita tentang ekspedisi di pulau-pulau terdepan Indonesia di tapalbatas.detik.com!

(adv/adv)