"Memang ada dinamika dari nasabah besar di mana nasabah tersebut issue bonds global, valuta asing sehingga melunasi sebagian kredit di kami," kata Direktur Keuangan Bank Mandiri Panji Irawan di kantornya, Senin (28/10/2019).
"Kita masih upayakan 8-9% (tahun 2019)," tambahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi menerangkan, pertumbuhan kredit Bank Mandiri ditopang oleh 5 segmen antara lain korporasi, mikro, konsumer, SME (small medium enterprise) dan perusahaan anak. Hingga September 2019, ending balance penyaluran kredit mencapai Rp 841,9 triliun atau tumbuh 7,8% yoy.
Dia bilang, beberapa segmen mengalami tekanan. Sebutnya, untuk konsumer Rp 88,5 triliun atau tumbuh 7,3% yoy.
"Pertama ada impact pertumbuhan dari sisi konsumer, konsumer kita tahun ini dibandingkan periode sama tahun lalu cukup kecil," ujarnya.
Kemudian, tekanan terjadi pada korporat di mana ending balance kredit sebesar Rp 327,7 triliun atau tumbuh 7,6%.
"Kemudian corporate tadinya corporate tumbuh double digit, tahun ini kita mengalami penurunan di single digit," ujarnya.
Menurutnya, realisasi kredit ini merupakan upaya Bank Mandiri untuk menghindari kredit-kredit berisiko tinggi.
"Kita lebih shifting pertumbuhan kredit dari sisi risiko kita geser tadinya pertumbuhan berisiko tinggi, misal komersial dan SME. Kita ingin mendorong tidak hanya volume kredit tapi dari segi kualitas," jelasnya.
(dna/dna)