Jakarta -
Anda pernah dengan yang namanya latte factor? Belum lama pernah dibahas di kolom ini apa itu Latte Factor.
Adapun Latte Factor sendiri membahas fenomena generasi yang gemar ngopi dan nongkrong di kedai kopi (coffee shop) sehingga berdampak pada kondisi keuangan mereka alias kemudian menjadi boros dan tidak bisa menabung dan berinvestasi.
Hal yang mirip juga dengan latte factor terjadi dengan e-wallet alias cashless. Kita sebut saja sebagai E-wallet/cashless society factor. Mengapa?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena kehebohan dan keborosan yang sekarang sedang rame dibahas tersebut semua dimulai dengan adanya uang dan dompet elektronik ini. Jadi tidak adalah salahnya bila hal ini menjadi menarik untuk kita bahas.
Apa itu e-wallet? Kalau melihat dari terjemahannya ini adalah dompet dalam bentuk digital. Seiring dengan kebijakan Bank Indonesia yang dimulai beberapa tahun yang lalu bahwasannya BI ingin agar transaksi keuangan lebih banyak dilakukan dengan menggunakan uang elektronik dibandingkan tunai.
Mengapa? Karena transaksi dengan tunai terebut banyak sekali risikonya. Kebetulan sekali saat itu saya ikut berpartisipasi dalam Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang sudah dicanangkan oleh Bank Indonesia sejak tahun 2014 yang lalu, sehingga lebih paham maksud dan tujuannya.
Apa saja sih? Cek di halaman berikutnya.
Lanjut ke halaman berikutnya >>>
Pertama risiko sakit uang tunai adalah salah satu media penghantar yang penuh dengan kuman. Bisa dibayangkan uang tunai yang ada didompet anda tersebut sudah berpindah dari berapa tangan sebelumnya?
Uang tersebut dari mulai berbentuk mulus karena baru keluar dari cetakan berpindah tangan sampai lecek dan kumal karena terlalu sering berpindah tangan. Belum lagi uang tersebut terkena cairan, terjatuh kejalan atau selokan, dan entah apalagi yang pernah dialami oleh uang tunai (kertas) tersebut.
Bisa dibayangkan berapa banyak kuman yang menempel pada uang tersebut? Risiko berikutnya adalah risiko hilang dan dicuri. Uang tunai lebih murah untuk hilang atau dicuri.
Niat jahat atau kriminal mungkin saja terjadi karena adanya uang tunai tersebut. Menyimpan uang tunai terlalu banyak tidak baik dan mudah sekali untuk hilang atau dicuri
Yang tidak kalah penting adalah mencegah terjadinya risiko korupsi. Sudah menjadi rahasia umum sering kali sogokan dan korupsi diberikan dalam bentuk uang tunai, mengapa?
Karena tidak ada bukti transfernya dibandingkan bila menggunakan transfer bank. Itulah sebabnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) getol menggelar Operasi Tangkap Tangan (OTT) karena transaksi korupsi tersebut cenderung dilakukan menggunakan uang tunai.
Selain itu konon biaya cetak dan mengganti uang kertas yang kotor itu ternyata cukup mahal lho setiap tahunnya. Sementara Bank Indonesia yang bisa menjaga keseimbangan antara jumlah lembar uang baru yang dicetak dengan uang lama yang ditarik peredaran.
Uang kertas yang ditarik dari peredaran tidak saja karena memang sudah kedaluwarsa (uang lama) tapi bisa saja uang yang sudah rusak, robek, jelek dan kumal. Nah, untuk itu Bank Indonesia melakukan pencetakan ulang uang-uang tersebut dan biaya untuk mencetak uang ini ternyata mahal sekali, bahkan untuk uang nominal kecil bisa saja biaya cetaknya menjadi lebih mahal dari nilai nominal uang yang dicetak tersebut.
Dan masih banyak lagi risiko-risiko lainnya. Yang pasti uang elektronik berfungsi untuk mempermudah transaksi dan meniminalkan risiko bagi kita semua.
Hanya saja banyak orang kemudian mengeluh dengan uang elektronik dan e-wallet banyak transaksi yang tidak diketahui dan tidak tercatat.
Oleh sebab itu penting sekali untuk mencatat transaksi tersebut dengan menggunakan tools yang bisa anda dapatkan secara gratis seperti aplikasi yang bisa diunduh
disini.
Selain mencatat anda juga penting untuk berinvestasi dan berasuransi. Permasalahan dengan investasi masih banyak orang yang awam. Sementara untuk berasuransi banyak masyarakat yang enggan karena takut dikejar-kejar oleh agen, padahal mereka baru hanya mau tahu berapa besar sih premi yang mereka harus bayarkan.
Nah, untuk hal ini ada solusinya, anda bisa cek premi asuransi tanpa takut dikejar-kejar agen melalui aplikasi yang bisa diunduh disini.
Selain itu anda juga bisa belajar dengan mengikuti kelas dan workshop tentang keuangan, infonya bisa anda dapatkan dari aplikasi tersebut di atas atau anda bisa cek disini.
Lalu apa fungsi lainnya dari e-wallet tersebut? Apakah e-wallet justru jadi penyebab keborosan keuangan anda?
Berapa besar dana yang seharusnya dimasukkan ke dalam e-wallet tersebut? Dan bagaimana cara bijak agar tidak boros pakai e-wallet?
Semua ini akan dibahas di artikel berikutnya.
Disclaimer: artikel ini merupakan kiriman dari mitra yang bekerja sama dengan detikcom. Redaksi detikcom tidak bertanggung jawab atas isi artikel yang dikirim oleh mitra. Tanggung jawab sepenuhnya ada di penulis artikel.
Halaman Selanjutnya
Halaman