PGN Timbang Banyak Aspek Terkait Penyesuaian Harga Gas Industri

PGN Timbang Banyak Aspek Terkait Penyesuaian Harga Gas Industri

Adinda Purnama - detikFinance
Kamis, 31 Okt 2019 17:14 WIB
Foto: PGN dan PT PP
Jakarta - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menegaskan pihaknya tetap berkomitmen terhadap pengembangan infrastruktur gas dan utilisasi domestik di tengah tantangan hilir gas bumi.

Sehubungan dengan adanya Surat dari Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) tentang penundaan penyesuaian harga gas PGN untuk pelanggan komersil industri, PGN meyakini jika gas bumi masih menjadi sumber energi yang paling efisien di Indonesia.

Khususnya di kawasan Asia, harga gas yang disalurkan PGN juga masih sangat kompetitif dan sesuai dengan koridor regulasi yang ditetapkan pemerintah melalui Peraturan Menteri ESDM nomor 58 tahun 2017, yang disesuaikan melalui Peraturan Menteri ESDM nomor 14 tahun 2019.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak tujuh tahun terakhir, PGN sudah mempertimbangkan secara matang penyesuaian harga gas bumi. Dalam hal ini, PGN mendukung daya saing pertumbuhan ekonomi nasional dengan tidak melakukan penyesuaian dalam rentang waktu tersebut. Tujuannya, untuk mendukung penuh kebijakan ekonomi pemerintah dan peningkatan pemanfaatan gas bumi nasional.


Di sisi lain, PGN menyadari bahwa insentif kepada konsumen di seluruh sektor ini tidak dapat dipertahankan terus menerus, karena PGN memiliki tanggung jawab untuk memperluas pemanfaatan gas bumi yang membutuhkan pembangunan infrastruktur masif.

Sejalan dengan semangat energi yang berkeadilan, PGN akan terus berupaya untuk membangun infrastruktur gas bumi yang menjangkau wilayah ekonomi baru.

Di samping itu, PGN juga perlu mengembangkan infrastruktur pipa dan non pipa agar utilisasi gas domestik dapat terjadi sehingga menekan defisit neraca migas.

PGN juga memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan akses gas bumi melalui jaringan gas bumi (jargas) untuk rumah tangga yang ditargetkan tumbuh sampai angka 4,7 juta sambungan rumah tangga dari kondisi eksisting sejumlah 500 ribu. Tentunya target ini memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Rachmat menegaskan sejak 2013 PGN tidak pernah menaikkan harga gas kepada konsumen industri, sementara biaya pengadaan gas, biaya operasional dan kurs dolar Amerika terus meningkat. Secara akumulatif, sejak 2013 hingga saat ini kurs mengalami kenaikan hingga 50%. Sementara, biaya pengadaan gas selama ini menggunakan patokan dolar.


Ini membuktikan jika PGN berkomitmen untuk tidak membebani keuangan negara, terwujud dari kegiatan bisnis hilir yang dilakoni PGN.

"Dengan beban biaya yang terus meningkat, tentunya ruang bagi PGN untuk mengembangkan infrastruktur gas bumi menjadi terbatas, dikarenakan dengan besar pembangunannya adalah menggunakan dana internal. Sementara banyak sentra industri baru di Jawa Tengah, Jawa Timur dan kawasan ekonomi lainnya belum terjamah industri," ucapnya.

Hingga saat ini, sebagai subholding gas bumi, PGN telah membangun jaringan gas hingga lebih dari 10 ribu kilometer. Panjang pipa gas PGN ini hampir dua kali lipat dibandingkan jaringan gas milik Malaysia dan Thailand, serta 4 kali lipat lebih panjang daripada jaringan gas di Singapura. Sedangkan di Cina jaringan pipa yang terbangun mencapai lebih dari 40 ribu kilometer.

Dari fakta dan data di atas, biaya pengelolaan kegiatan hilir Indonesia masih bersaing dibanding negara-negara di Asia Tenggara. Rentang biaya distribusi dan niaga di Indonesia berkisar US$2,8 - 4/MMBTU. Jika disandingkan dengan dengan Malaysia, Singapura, dan Thailand dengan rentang biaya hilir sebesar US$2,8 - 3/MMBTU dengan panjang pipa setengah dari yang dimiliki Indonesia dengan segala tantangan wilayah geografis yang didominasi kepulauan.

Rachmat menilai semakin panjangnya jaringan pipa yang dikelola suatu badan usaha, maka biaya pengelolaan dan perawatannya menjadi lebih besar. Setiap tahun biaya komponen tersebut juga terus naik.

Dengan begitu rencana penyesuaian harga gas yang dilakukan PGN selanjutnya sudah dikaji secara matang dengan memperhitungkan banyak aspek, termasuk sisi kemampuan industri.

"Perluasan pemanfaatan gas bumi merupakan tanggung jawab bersama, apalagi kita punya tanggung jawab untuk menjaga ketahanan energi nasional dan melayani kebutuhan gas bumi secara berkeadilan dalam jangka panjang," tutup Rachmat. (ujm/ara)

Hide Ads