Mengintip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikutip detikcom, Senin (4/11/2019), kerugian itu disumbang oleh tertekannya pendapatan bersih perusahaan pada kuartal III-2019 yang hanya sebesar US$ 1,053 miliar atau sekitar Rp 14,7 triliun. Lebih rendah dari pendapatan bersih yang berhasil dicatat pada kuartal III-2018 yang senilai US$ 1,276 miliar atau Rp 17,8 triliun.
Padahal, penjualan baja di pasar ekspor tercatat mengalami kenaikan menjadi US$ 90,92 juta. Sayangnya penjualan di pasar domestik malah melempem ke angka US$ 776 juta dari sebelumnya US$ 1,09 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Utang BUMN Melejit di Periode I Jokowi |
Perusahaan sendiri terpantau sudah berhasil meningkatkan efisiensi, tercermin dari penurunan beban pokok penjualan dari US$ 1,161 miliar menjadi US$ 995,353 juta.
Sayang, beban keuangan perseroan tercatat mengalami kenaikan dari sebelumnya US$ 79,106 juta menjadi US$ 92,824 juta pada kuartal III-2019.
Baca juga: Utang Luar Negeri BUMN Naik 40% Setahun |
Kondisi itu lah yang membuat keuangan KRAS babak belur pada kuartal III-2019. Bahkan, rugi yang dicatatkan KRAS melonjak tajam dari Kuartal III-2018 yang hanya US$ 37,382 juta menjadi US$ 211,912 juta di Kuartal III-2019.
(das/dna)