Jembatan sepanjang 148 meter dengan radius lengkung 115 meter untuk jalur LRT Gatot Subroto-HR Rasuna Said itu menyisihkan tiga desain lainnya yang dibuat pihak asing.
Dina mengaku ketika pertama mengusulkan membuat jembatan lengkung melayang mendapat cemooh dari para ahli asal Prancis, Jepang, dan Korea Selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Insinyur Sipil lulusan ITB 1994 itu lantas membeberkan pengalamannya terlibat dalam pembangunan puluhan jembatan di berbagai pelosok tanah air sejak awal 2000.
Jembatan lengkung melayang pertama dibuatnya untuk jalur TransJakarta, Ciledug-Mampang Prapatan. Tepatnya jembatan di Jalan Adam Malik yang melengkung sepanjang 128 meter, sementara di Kuningan 148 meter.
"Tapi dasar penghitungannya sama," kata Dina kepada Tim Blak-blakan detikcom usai memenuhi undangan makan siang dengan Menko Maritim Luhut B. Panjaitan di kantornya, Jumat (15/11/2019).
Kemampuannya dalam mendesain jembatan didapat Dina dari Prof Jodi Firmansyah, pakar jalan dan jembatan dari Fakultas Teknik Sipil ITB. Jodi lah yang mengubah karir Dina dari yang semula menekuni pembangunan gedung menjadi jembatan. Dari puluhan jembatan yang digarapnya, dia menilai semuanya istimewa.
"Bagi saya setiap jembatan itu ibarat bayi dalam kandungan yang harus selalu dijaga dengan ekstra hati-hati agar bisa lahir dengan sehat dan selamat," kata Dina.
Perempuan kelahiran Tebing Tinggi - Deli Serdang, 23 April 1970 itu juga menyebut jembatan sebagai "The real connecting people". Apa pula alasan Dina menolak untuk mematenkan karyanya? Selengkapnya, saksikan Blak-blakan Desainer Jembatan LRT Ir Dina Arvila, "Tiap Jembatan Seperti Bayi" di detikcom, Senin (18/11/2019), pukul 09.00 WIB.
(ang/ang)