Sri Mulyani menjelaskan, pertumbuhan ekonomi hingga Oktober 2019 sebesar 5,02%. Capaian ini lebih rendah dari perkiraan.
"Pertumbuhan ekonomi sampai Oktober 5,02%, lebih rendah dari asumsi awal 5,3%," tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA Oktober 2019 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (18/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cuma, belanja pemerintah turun dan kita sampaikan kepada seluruh Kementerian/Lembaga menjaga momentum demand supaya kita bisa ikut mendorong ekonomi. Sementara itu untuk ekspor sudah mulai tumbuh. Sehingga net ekspornya positif.
"Jadi membuat GDP kita tumbuh di 5%," tutur Sri Mulyani.
Dia menambahkan untuk inflasi 3,13% year on year, kurs 14.162/US$ ini lebih kuat dibandingkan asumsi. SPN 3 bulan untuk 4,59% tapi rata-rata sampai Oktober 5,66%. Kemudian, harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) hingga Oktober US$ 62/barel, lebih rendah dari rata-rata semester I US$ 63/barel.
Sedangkan lifting minyak di bawah asumsi, yaitu 744 ribu barel per hari dan lifting gas 1.050 boepd (barel oil equivalent per day).
"Lifting minyak kita di bawah asumsi year to date. lifting gas lebih rendah dan jauh di bawah APBN," tutur Sri Mulyani.
(hek/hns)