Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara mengatakan realisasi penarikan utang yang lebih besar dikarenakan risiko dari seretnya penerimaan negara.
"Kalau kita lihat pembiayaan dengan kondisi penerimaan seperti tadi, kondisi belanja negara seperti tadi maka kita lihat itu menjadi nggak penerimaan sepenuhnya nggak dicapai sesuai target," kata Suahasil di kantor Kemenkeu, Jakarta, Senin (18/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suahasil menjelaskan, realisasi tersebut terdiri dari realisasi Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 401,71 triliun atau 103,28% target APBN dan realisasi Pinjaman sebesar negatif Rp 17,19 triliun atau 57,88% target APBN.
Baca juga: Pemerintah Sudah Bayar Bunga Utang Rp 220 T |
"Ini juga untuk membuat supaya kita bisa tetap siap-siap," ujarnya.
Hingga Oktober 2019, penerimaan negara sudah terkumpul Rp 1.208,91 triliun atau 69,69% dari target Rp 2.165,11 triliun. Sedangkan realisasi belanja negara sudah Rp 1.797,97 triliun atau sudah 73,06% dari Rp 2.461,11 triliun.
Dengan realisasi tersebut, defisit anggaran sudah mencapai 1,80% terhadap PDB atau tipis dari target yang sebesar 1,84%.
(hek/ang)